Halo. Kul-twit ini ttg Sokrates. Bagi yg sdh tahu, silakan menambahi atau mengoreksi. Tapi baiknya setelah Kul-Twit selesai. # Skt
1. Mengapa Sokrates? Saya sebut dia sbg Sang Penanya dr Yunani kuno. Ia tak meninggalkan karya berupa buku, tapi ia begitu penting. #Skt
2. Sokrates itu guru Plato, tokoh utama filsafat Yunani kuno. Berdasarkan kenangan Plato ttg gurunya, kita kenal Sokrates. #Skt
3. Maaf. Tersendat. Tadi saya ber-kul-twit dari mobil: saat ada lampu merah. Sekarang sdh sampai di rumah. Tapi ada problim teknis. #skt
4. Mari kita lanjutkan. Saya senang ada yg memberi tambahan informasi spt @ersyadmuttaqien. Tapi izinkan saya selesaikan dulu ini. #Skt
5. Sokrates hidup di abad ke-5 dan 4 Sebelum Masehi. Ayahnya seorang pemahat, ibunya seorang bidan. #Skt
6. Sokrates sendiri kelak dianggap sbg “bidan” filsafat. Ia sendiri tak membuahkan sistem pemikiran. Ia membantu pemikiran lahir. #Skt
7. Tapi di waktu muda, ia prajurit yg tangguh. Sbg umumnya warga Athena, ia berperang utk mempertahankan kotanya. #Skt
8. Keberaniannya diakui sejak dlm Perang Peloponnesia. Di Delium, ia orang Athena terakhir yg menyerah kpd pasukan Sparta. #Skt
9. Sokrates, yg rajin melatih tubuhnya, ulung dlm perang krn bisa tahan lapar, lelah dan dingin. #Skt
10. Tapi di kotanya, ia bekerja sbg penatah batu dan pembuat patung. Ia tak tertarik bepergian. Tapi ia bukan suami yg “ideal”. #Skt
11. Istrinya, Xanthippe, mengeluh krn ia mengabaikan keluarganya. Sokrates mengakui itu — tapi tetap tertarik kpd partner sejenis. #Skt
12. Di zamannya, jadi “gay” tampaknya bukan suatu aib. Plato, muridnya, menggambarkan Sokrates yg “mengejar-ngejar pemuda tampan”. #Skt
13. Tapi ia dicintai murid2-nya. Ia hangat, suka humor, tenang. Bibirnya tebal, hidungnya pesek, tubunya melebar, tapi ia menyenangkan. #Skt
14. Satu hal yg istimewa dari Sokrates: ia guru yg tak memungut bayaran. Di masanya ada guru2 yg meminta honor mahal sekali. #Skt
15. Di masa itu guru2 filsafat (disebut “sophistai”, guru kearifan) memang dpt pasar yg baik dari orang kaya yg ingin mendidik anaknya. #Skt
16. Masa itu ada kebutuhan untuk cakap berdebat di Majelis, di peradilan, dan berpikir logis dan jernih. #Skt
17. Waktu itu, lazim ada orang2 berilmu dan cendekia yg berjalan dari kota ke kota, mengajar retorika, ilmu, kenegarawanan. #Skt
18. Tampaknya Sokrates melanjutkan tradisi mengajar itu. Ia sendiri belajar dari filsuf pengembara spt Parmenides, Zeno, Archeleus. #Skt
19. Baginya, filsafat adalah percakapan ttg kebajikan. Dgn itu hidup di-”telaah”. “Hidup yg tak ditelaah tak berharga bagi manusia”.
20. Itu sebabnya, ia menelusur ke dlm keyakinan manusia, dan memergoki orang dgn pertanyaan2 utk dijawab dgn tak sembarangan. #Skt
21. Maka ia ditakuti mereka yg tak mampu berpikir jernih. Tapi ia menyebut diri sbg “lalat pengganggu” – bagi lembu yg nyenyak. #Skt
22. Ia biasa berangkat pagi2 ke pasar, ke gimnasium dan tempat2 orang berkumpul dan melibatkan orang ke dlm diskusi. #Skt
23. “Bukankah jalan ke Athena dibuat untuk bercakap-cakap?”, katanya. Ia seakan-akan tak serius, dan menyebut diri “filosof amatir”. #Skt
24. Tapi pertanyaan2-nya serius: apa yg kau sebut saleh? Dan tak saleh? Adil atau tak adil? Bisakah kau definisikan istilahmu? #Skt
25. Metodenya sederhana: setelah meminta definisi ttg satu istilah yg dipakai orang, ia telaah apa yg kurang dan yg ngaco di situ. #Skt
Pengumuman: Ada kesulitan hubungan internet. Kul-twit kita teruskan besok, sampai Sokrates dihukum mati. #Skt
26. Bagi yg blm mengikuti Kul-Twit semalam, tolong lihat Timeline saya dgn hagstag #Skt
27. Metode Sokrates, “elenchus” yg memecah soal ke dlm pertanyaan2 – satu pendekatan analitis – kelak berguna bagi metode ilmiah. #Skt
28. Dgn bertanya, satu hipotesa ditelaah. Kalau guyah, hrs ditinggalkan, dan diganti dgn hipotesa yg lebih baik. #Skt
29. Dgn pertanyaan2 itu, keyakinan kita diuji, sejauh mana sahih – dan pertanyaan hrs berani radikal. Itulah dasar filsafat. #Skt
30. Pertanyaan yg radikal menunjam ke akar (“radix”) persoalan. Mis: mengapa kita ada? Benarkah alam semesta diciptakan Tuhan? #Skt
31. Kata Sokrates: “Puncak keunggulan manusia adalah menanyai diri sendiri dan orang lain.” Malas bertanya, sesat di jalan hidup. #Skt.
31. Krn bertanya melulu, Sokrates menjengkelkan. Tapi spt sdh disebut di atas, menempatkan diri sbg “lalat pengganggu”. #Skt
32. Krn “lalat pengganggu” itu, kita tak bisa lelap dlm dogmatisme. Dogma menolong kita utk tak gelisah, tapi itu ketenangan semu. #Skt
33. Tapi apa jawabannya, setelah Sokrates bertanya? Sokrates selalu bisa mengelak. Ia hanya “filosof amatir”, katanya.#Skt
34. Musuh2-nya menyerang Sokrates: orang ini cuma membongkar dan tak pernah membangun. #Skt
35. Sokrates mengakui itu. Tapi “dewa2 memaksaku untuk jadi seorang bidan, dan melarangku melahirkan.”#Skt
36. Memang dari pertanyaan2-nya, para muridnya kemudian mencari jawab. Dlm proses itu lahir pemikiran penting dan pemikir besar. #Skt
37. Dan sesuai dgn sikapnya yg menggugat setiap doktrin, murid2-nya tak mengembangkan satu ajaran tunggal. #Skt
38. Plato kemudian dikenal sbg bapak Idealisme. Muridnya yg lain, Aristippus, meletakkan dasar epikuranisme. Dst. #Skt
39. Tak berarti tak ada jejak pemikiran Sokrates. Dialektika-nya diteruskan Plato, lalu Aristoteles jadi logika yg kukuh selama 19 abad.#Skt
40. Dlm ethika, Sokrates boleh dikatakan yg memulai kesadaran bhw “hati nurani” lebih utama ketimbang hukum. #Skt
41. Ttg yg terakhir, itu tak cuma diucapkannya dgn pidato. Ia tunjukkan keyakinannya ketika ia dihukum mati. #Skt
42. Kenapa Sokrates dihukum mati oleh penguasa Athena? Ada yg bilang: krn ia “lalat pengganggu” iman yg melemahkan agama.#Skt
43. Di Athena yg konservatif, Sokrates memang dituduh tak beragama. Tapi ia ikut upacara agama. Mungkin baginya agama itu pemersatu. #Skt
44. Ia tak mengklaim ia tahu ttg hidup setelah mati. Ia tak mau bicara ttg dewa2. “Tentang dewa2 kita tak tahu apa2″, katanya.#Skt
45. Tanpa melibatkan dewa2, ia tak mendasarkan moralitas kpd sesuatu yg kekal di luar alam ini. #Skt
46. Dlm “Euthyphro” Sokrates dikutip: apa yg baik bukan baik krn disetujui dewa2. Tapi dewa2 menyetujuinya krn itu memang baik.#Skt
47. Konsepsinya ttg kebaikan tak didasarkan kpd alasan theologis, dikaitkan dgn Tuhan. Kebaikan itu berkaitan dgn guna bg hidup #Skt
48. Kebajikan (arete) bagi Sokrates bukanlah ditandai keadaan tanpa dosa, melainkan ulung dlm hal kearifan dan pengetahuan. #Skt
49. Sokrates demokratis dlm percaturan pendapat: tak ada pihak, juga sang guru, yg dianggap lebih tahu. Tapi ia antidemokrasi. #Skt
50. Baginya demokrasi itu tak masuk akal. Pemungutan suara utk memilih politisi? Kita tak toh memilih jurumudi dgn pemungutan suara.#Skt
51. Syahdan, salah satu muridnya, Critias, memimpin gerakan dgn kekerasan utk menumbangkan demokrasi, Sokrates ikut tertuduh.#Skt
51. Ia ditangkap dan dihukum mati: ia hrs minum racun. Dgn tenang ia menerima itu. Ia menolak utk lari. Ia setia kpd negerinya #Skt
52. Ribuan tahun ia dikenang sbg “lalat” yg membuat lembu bangun dan kuda bergerak. Kita perlu Sang Penanya agar kita tak buta tuli.#Skt
53. Terutama di masa ketika orang dgn membutatuli ikut ajaran, dan dgn itu berkelahi habis2-an. Misalnya atas nama agama. #Skt
54. Dan kita tak berani bertanya, spt pertanyaan @paningron: apakah manusia utk agama, atau agama utk manusia? #Skt
55. Juga tak bertanya: Adakah agama itu kendaraan utk ke surga, atau pembawa damai ke kehidupan dunia? #Skt
56. Islam is the Answer. Jesus is the Answer. The Book is the Answer. Kita takut akan Pertanyaan – dan tak mau mengakui kita takut #Skt
Pengumuman: Kul-twit Sokrates selesai. Maaf bila anda terganggu. Terima kasih utk kesabaran mengikutinya. #Skt
No comments:
Post a Comment