Ini pertanda paradoks: infotnmt disensor kita bisa maklum krn sdh bgt vulgar tp sklgs bisa2 penyensoran inilah yg ganti jd vulgar.
Budaya berpikir kritis dapat cegah terorisme! Ini judul Kompas hl 4, dr diskusi n peluncuran buku Temanku Teroris? Pen Nurhuda Ismail.
Pertanyaannya, bagaimana anak didik bisa berpikir kritis? Ayo twiterans sumbang pengetahuan utk jawab pertanyaan ini.
Berpikir kritis? Kritis dr bahasa yunani kuno krinein artinya mengupas, membelah, menelusup sampe ke dasar or inti. Jd kritik gak asal nyolot!
Socrates filsuf pertama yg getol sekali ke sana ke mari ngajak orang berdialog secara kritis dgn pancingan pertanyaan2 yg seger-aktual.
Cara dia ini lalu emang meresahkan stabilitas kekuasaan.Socrates seperti seekor lalat yg gelitik2 kuping sapi gemuk tidur; pemerintah.
Dengan menciptakan budaya kritis socrates akhirnya dipengadilankan (gak tau dulu itu dah punya MK ya?)
Sikap socrates tak mau kompromi: lbh baik mati drpd mencabut or menghianati kritikismenya sendiri sprt diinginkan penguasa.
Cerita besar pendidikan memang selalu membuka ruang paradoks: knowledge n power. Kalo paradoks tak teratasi dgn sehat jadilh dikotomi-kontra.
Negeri yg tercinta ini masih kuat suasananya zaman socrates, dikotomi-kontradiktif: yang kritis siap2 jadi martyr.
Budaya berpikir kritis n bertindak kritis, liat saja bbrp kasus: diciduk, dimolotovkan, diracuni, ditusuk, dll. Kapan kita beranjak dewasa?
Cara berpikir kritis socrates is spekulatif, mencari aksioma2 atw dasar2 argumentasi yg tak tergoyahkan n plato menemukannya dlm matematika.
Interpretasi2 filsuf islam atas filsafat yunani kuno: plato n aristoteles sampai pd pencapaian yg luar biasa.
Islam semasa disemangati filsafat dan ilmu peng menjadi sebuah peradaban yg memberikan andil sngt besar bg kemajuan peradaban dunia.
Pemikiran filsuf islam cukup menghentakkan para filsuf n rohaniawan dark ages hingga thomas aquinas sbg filsuf terkemuka bereaksi.
Sayangnya ketika renaisans (kebangkitan kembali pemikiran yunani kuno) lalu filsafat islam menghilang baik di eropa maupun di arab sendiri.
Sewaktu saya berguru pd prof harun nasution alm, saya menanyakan mengapa islam mundur dr peradaban dunia?
Prof harun nasution menjawab karena kemudian islam lebih terpesona pd serangan2 atas filsafat khususnya yg dilancarkan oleh Al-Gazali cs.
Imam Al-Gazali sekalipun ahli filsafat juga tapi serangannya atas rasionalitas filsafat menjadikan dogmatisme lbh mengemuka.
Sementara renaisans memunculkan filsuf2 luar biasa sprt machiavelli, francis bacon, thomas hobbes, david hume, john locke, dll.
Di kalangan senirupa muncullah “kura-kura ninja”: daVinci, raphael, donatelo, michael angelo, di italy.
Di jerman muncul albrech Duerer si penggagas dan pencetus manifesto humanisme. Di belanda muncul erasmus (jgn tambain huys loh), dll.
Renaisans is di mana semua elemen bersatu berjarak dan ada yg mninggalkan agama, ada yg defensif, yg jelas trjd perubahan besar!
Dan di jerman dr segi agama, muncul gerakan protes atas roma-katolik yg dilancarkan ol luther n calvin di swiss, dinamakan reformasi.
Kesatuan renaisans-reformasi menciptakan realitas baru, yakni dunia modern, manusia bangkit melawan otoritas gereja-negara monarki-absolut.
Negara modern, pemisahan tegas antara agama dan pemerintah-politik (bukan negara loh). Pemisahan ini disebut sekularisasi.
Konsep sekularisasi ini suka salah dimaknai, dianggap negara modern anti-agama. Tidak! Sekularisasi is upaya mencegah kolusi agama-politik.
Karena sbgmn pd abad darkages, gereja dan raja jadi satu kesatuan kolusif yg kuat hingga rakyat tak berdaya, dilarang kritis!
Hati2 menggunakan istilah sekular kalo gak tau sejarahnya, seperti ati2 menggunakan istilah anarkisme kalo gak tau sejarahnya.
Dengan konsep sekular, perang saudara yg melanda eropa beratasnamakan agama-monarki absolut mampu diredam!
Jadi, sejarahnya konsep sekular itu konsep humanis yg menyelamatkan peradaban eropa: menyilakan agama dgn urusannya jg negara dgn urusannya.
Thomas hobbes n j-j rousseau wkt itu menyarankan negara berdiri di atas perjanjian masyarakat, undang2, bkn titah paus atw raja.
Jelas negra modern dibangun dgn pemikiran kritis n keberanian secara fisik utk maju melawan otoritas.
Banyak filsuf dan seniman dipenjara akibat perlawanan mrk melawan otoriterisme, demi kebebasan berpikir n berkarya.
Memang yang paling diwaspadai dr visi kebebasan berpikir n berekspresi ini selalu is otoriterisme dogma agama dan monarki absolut.
Bayangkanlah jika otoriterisme dogma agama kawin dgn monarki absolut? Contoh slm 10 abad, eropa jd gelap!
Barat sampai sekarang ini ttp menjaga sekularisasi utk mencegah munculnya kembali kolusi otoriterisme dogma agama-monarkisme.
Yang sempat dikuatirkan oleh semangat sekularisasi yakni kepemimpinan ww bush yg berbau kawinkan dogma agama-politik.
Di indonesia jelas kelihatan pks hendak mengawinkan agama-politik, anti-sekular, sblm mereka bersikap sbg partai modern-pluralis.
Kembali lagi pd konsep budaya berpikir kritis, dlm sejarah yg saya tunjuk tadi jelas sdh bgmn perlawanannya atas kolusi agama-politik.
Berpikir kritis kembali pd arti lamanya yakni daya pikir utk mengupas, membela, menelusup sampe ke inti masalah.
Berpikir kritis is sikap menunda-menjaga jarak atas dogmatisme, titah-fatwah, realitas, n aturan2, hirarki, dll.
Sederetan isme lagi: kapitalisme, sosialisme, globalisme, feminisme, dll. Bagi yg senang berpikir isme2 ini menggairahkan tentunya.
Kalo bagi mereka yg gak seneng berpikir kritis? Dua hal: isme2 itu dianggap memusingkan n gak mau tau, kedua, memusuhinya tanpa tau artinya.
Budaya berpikir kritis tak bisa tidak harus disuburkan lewat pendidikan sejak dini, di mana-mana: penangkal kebodohan n kekerasan.
Tapi yg pasti, pendidikan kritis tak bisa dgn mengindoktrinasi mata pelajaran tnp memberikan kesempatan anak2 utk bertanya n menyanggah.
Model pendidikan kritis berlangsung secara dialogis sbgm metode socrates, tdk berpretensi org tua, guru, dosen, mutlak bener.
Karena banyak yg bereaksi thp istilah sekularisasi dlm kultwit ini: sebenarnya setiap negara yg bermodel demokrasi dgn sendirinya sekular.
Founding father-mother kita menetapkan ideologi pancasila itu is sekular, bhw indonesia bkn negara agama.
Nmn orde baru memelintir istilah sekular jadi atheis n ujung2nya disamakan dgn komunis. Kelompok agama yg msk kekuasaan orba setuju abis.
Maka istilah sekularisasi sebenarnya sdh sejak penataran p4 diharamkan tanpa paham artinya sama sekali. Istilah liberalisme jg diplintir.
Bagi generasi yg mengalami p4 pasti masih ngingat (kalo memorinya tajem, he he) istilah2 ideologi selain pancasila diharamkan.
Jd memang perlu pelurusan konsep2 atw istilah yg pd masa orde baru diharamkan. Kelompok2 garis keras, sprt FPI masih memproduksinya.
Itu harusnya jadi target bagi agenda reformasi berpikir, menelusuri istilah or konsep2 ideologis yg dirusak-leburkan oleh orde baru.
Selama orde baru kita memang dicuci otak oleh penguasa dgn interpretasi atas pancasila yg se-wenang2.
Ketika reformasi sepertinya kita menjauh dr pancasila, nah ini kemudian dimanfaatin olh org2 tertentu utk jadikan indonesia negara agama.
Bagi saya menjauhi pancasila sdh pasti keliru besar! Yg harusnya kita jauhi is pancasila versi orde baru bukan pancasila an sich.
Salah satu daya kritis kita sekarang ini sebenarnya bagaimana kembali pd pancasila dgn interpretasi yg terbuka n manusiawi.
Kelima sila itu kan sesungguhnya mewakili ideologi2 besar dunia, religiusitas, kemanusiaan, sosialisme, kedaulatan bangsa, egaliterian, dll.
Dan yang penting bagi saya pancasila is penjamin pluralisme n multikulturalisme.
Di dept filsafat UI dibuka mata kuliah pluralisme n multikulturalisme, dlm rangka mencari interpretasi baru atas kehidupan bernegara kita.
Saya pasti termasuk pendukung setia kalo kita balik pancasila jadi fokus kita bernegara sbg semangat ideologi pluralistik!
Tadi sudah ke luarin lumayan banyak, sekarang perlu ngisi bagasi lagi, nelusurin deretan buku, buku apa nih?
***
18 Juli
Lanjutin kultwit budaya berpikir kritis lagi nih. Siap2?
Dalam filsafat konsep kritis itu sendiri menjadi popular sekali pd filsafat idealisme kritis immanuel kant.
Mengapa berpikiran itu harus kritis? Kant melihat pd potensi pikiran manusia itu sendiri yg demikian dahsyat n rumit.
Sayang sekali kalo potensi pikiran itu tidak digunakan untuk memahami kehidupan tp sekaligus dgn pikiran hidup jg bisa nyungsep!
Kerumitan pikiran yg diliat kant sebenarnya sdh pernah diungkap oleh aristoteles, yg lalu dibangunnya lagi lbh kuat n tegas (rigid).
***
Briik dulu, sebentar aja, mandi biar segeran, pikiran lbh lancar.
***
Kerumitan pikiran manusia dimodifikasi kant jadi 4 kategori besar: kuantitas, kualitas, relasi, dan modalitas. Masing2 pny tiga kategori, jd 12.
Semua hasil pikiran manusia mnrt kant bisa dilihat dr masing2 kategori tsbt. Semua kategori itu tak lepas dr ruang n waktu.
Konsep ruang dan waktu mnrt kant itu subjektif, bukan sprt ruang n waktu objektif newtonian.
Maksud kant tdk lbh bahwa pengetahuan sebenarnya adalah konstruksi pikiran, tdk ada dasar bagi pengetahuan objektif kecuali serba samar.
Krn yg objektif tdk ada jaminan maka tdk ada pilihan lain kecuali kita menengok pd potensi pikiran. Jangkauan pikiran jg punya batasannya.
Pikiran kita tidak bisa menjangkau realitas atau benda pd intinya krn benda selalu berada dlm dirinya sendiri (das ding an sich).
Apa yg bisa kita tangkap dr benda hanyalah penampilannya (fenomena), bukan inti bendanya (noumena).
Nah apa kaitannya dgn daya kritis pikiran?Krn jangkauan pikir kita hny sebatas fenomena,mk yg bisa kita pikirin is pikiran kita sendiri itu.
Jadi, program kant dgn filsafat kritisnya is memikirkan (mengkritisi) daya pikiran itu sendiri dgn 12 kategori tadi.
12 kategori dr 4 besar (1) kuatitas: kesatuan, pluralitas, totalitas (2) kualitas: realitas, negasi, limitasi…nyambung lg..
(3)Relasi: substansi-aksiden, sebab-akibat, agen-pasyen (4) Modalitas: mungkin-tdk mungkin, eksisten-non eksisten, pasti-keseolahan.
Nah, 12 kategori itulah yang membangun pengetahuan kritis kita. Kalo saya nyinggung jumlah pasti berpikir secr kuantitas.
Kalo saya nyinggung kedalaman pasti nyinggung kualitas, kalo singgung soal posisi pasti relasi, kalo saya lemparkan problem pasti modalitas.
Apkh se-hari2 kita mikirin potensi pikiran kita sndri seperti itu? Kalo iya, kita semua pasti jadi filsuf, ilmuan, pokoknya berpikir kritis :)
Berpikir utk menelaah potensi pikiran kita sprt itu dinamakan kant berpikir secara transendental.
Cara berpikir seperti ini dimaksud kant utk mengkritik idealisme sebelumnya yg brasumsi pikiran bisa menemukan hakekat benda, transendensi.
Dalam filsafat, sejak kant konsep transendensi dan transendental mrpkn model berpikir yg sangat berbeda.
Kant sendiri mengatakan berpikir scr transendental merupakan sebuah revolusi copernikan atas berpikir secr transendensi.
***
Sori, mau jalan, kultwit tertunda bentar…biar twiteran mikir2 ttg potensi pikiran sendiri dulu :))
***
Model Idealisme platonis is berpikir secara transendensi dgn akal budi yg biasanya disebut pure reason dgn asumsi dpt menemukan inti benda.
Kritik kant atas idealisme platonis itu is, balik lagi, pikiran kita tdk dpt menjangkau dunia inti (noumena).
Pikiran bekerja sebenarnya untuk menambah sesuatu ke dalam pikiran itu sendiri sbg knowldge yg rigid (epistemologi).
Jika pikiran bekerja hanya dlm kepastian bagi dirinya hal ini menciptakan apa yg kita sbt pengetahuan analitik.
Pengetahuan analitik artinya pikiran menghasilkan kepastian bagi pikiran itu sendiri sprt pd matematika murni, tak ada aspek empirik.
Pengetahuan analitik artinya tdk menambah sesuatu informasi apa pun di dalam pikiran, dlm logika disebut tautologi.
Tautologi, sprt contoh dlm kalimat S=P. Duda (S) is pria yg pernah beristri (P). Jika dibalik P=S, sama saja artinya, tdk menambah info baru.
***
Waah mengunjungi teman di BSD, vakum dulu, mau nyetir.
***
Dari pikiran kritisnya kant bermaksud membangun teori pengetahuan (epistmologi) yg rigid atas ketimpangan idealisme n empirisme.
Bukunya brjudul critique of pure reason jelas mengkritik idealisme yg dia sendiri anut, berkat bacaannya atas empirisme david hume.
Bagi kant idealisme menghasilkan pengetahuan apriori-analitik, pengetahuan sdh ada atw dibangun terlbh dulu dlm rasio.
Sedangkam empirisme bersandar pada pengalaman berupa sense-data, hanya menghasilkan keputusan or pengetahuan sintetik.
Jadi, baik idealisme n empirisme (hume) sama2 timpang. Bagi kant harus ada upaya membangun pengetahuan yg kokoh: konstruksi atas ke-2 isme itu.
Pengetahuan sintetik is tak bisa kita pegang karena terus brubah sbgmn halnya perubahan benda2 dlm ruang n waktu objektif.
Data-data tak pernah jelas dgn sendirinya pengalaman selalu samar dan kita tak bisa berpegang pd situasi seperti ini, bagi kant.
Pengetahuan apriori-analitik pun sulit kita pegang karena tdk memberikan informasi apa2, sifatnya tetap, mandek, selesai.
Jadi dlm membangun pengetahuan kritis kita diperhadapkan pada 2 situasi, tetap-selesai pd idealisme n perubahan-samar dr empirisme.
Bagaimana mempertemukan kedua situasi yg timpang itu dgn dalil yg kokoh untuk membangun pengetahuan kritis?
Pengetahuan kritis hendaknya berdiri pada fondasi tegak tak berubah tapi di sisi lain adaptif atas data2 or info baru.
Saya sedang kultwit ttg budaya berpikir kritis ternyata nyambung dgn kultwit ttg pendidikan dr @ulil dan @trisnoss.
Jadi, pengetahuan kritis penggabungan antara apriori-analitik dr idealisme dengan sintetik-aposteori, cukup dgn “sintetik-apriori”.
Menurut Kant, sebenarnya matematika mewakili sintesa apriori-analitik dr idealisme n empirisme itu, contoh: 7+5=12 (12 sesuatu yg baru).
Kant bilang, sekalipun tak terelakkan bhw semua pengetahuan kita berawal dr pengalaman tp bkn berarti itu muncul dr pengalaman.
Menurut ST Takdir alisjahbana yg kantian itu, belumlah semuanya dapat kuterima sbg kebenaran sebelum akalku memutuskannya!
Bbrp taon sebelum beliau meninggal, st takdir alisjahbana hampir setiap hari n ber-jam2 diskusi dgn saya, senantiasa mengagumi idealisme kant.
Suatu waktu saya akan kultwit khusus filsafat idealisme s takdir alisjahbana (STA).
"Berpikir Kritis" oleh @tommyfawuy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment