Follow kami di: Twitter , Tumblr, Wordpress, dan Facebook

"pancasila & residual ideology" oleh @ulil | dikirim oleh @rayapan

Saya setuju dg @Fahrihamzah bahwa seluruh sila dlm Pancasila sesuai dg ajaran Islam. Tak ada kontradiksi antara Pancasila dg Islam.

Bukan hanya sesuai dg Islam, menurut saya, tp Pancasila sesuai dg ajaran agama manapun. Karena itu Pancasila layak jd ‘dasar bersama’.

Alm. Nurcholish Madjid dulu menyebut Pancasila sbg ‘alimatun sawa’ (istilah Quran) yg artinya ‘common word’ atau kesepakatan bersama.

Negara Pancasila bukan negara Islam, ttp esensi ajaran Islam dan jg agama2 lain bisa mengisi negara itu.

Negara Indonesia adalah negara Pancasila yg harus berdiri adil di atas semua golongan. Tak boleh ada diskriminasi pd minoritas.

Perlu kita ingat: demokrasi bukan majoritarianisme sj, tp juga harus disertai dg jaminan perlindungan bagi yg minoritas.

Perlu ditegaskan, sila Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti seorang ateis tidak bisa hidup di bumi Indonesia.

KH. Agus Salim pernah bilang: seorang ateis berhak hidup jg di bumi Indonesia. Pendapat ini jg didukung oleh Buya Syafii Maarif.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa jg bukan berarti mereka yg punya paham politeistik tidak boleh hidup di Indonesia.

Semua penduduk di Indonesia dijamin untuk memeluk semua bentuk keyakinan dan agama, termasuk keyakinan politeistik.

Seorang yg menganut paham politeisme atau paham non-monoteistik yg lain tdk boleh diberangus dg alasan sila pertama dlm Pancasila.

Para founding fathers kita dulu menolak penjajahan krn, antara lain, sistem kolonial menerapkan praktik diskriminasi.

Negara Indonesia didirikan oleh founding fathers kita sbg antitesa terhadap diskriminasi negara kolonial Belanda saat itu.

Karena itu sangat mengherankan jika kita menolerir diskriminasi keyakinan saat ini. Diskriminasi thdp keyakinan apapun hrs ditolak.

di negara Pancasila, tak ada konsep ‘agama resmi’. Istilah ini salah. Semua agama berhak hidup di Indonesia.


***

28 September 2010

Kalo liat anggota FPI yg kebanyakan anak2 muda ‘ingusan’, sangat kasian. Yg jahat adalah orang2 yg mengeksploitasi keluguan mereka.

Anak2 ingusan itu didoktrin dengan pemahaman keagamaan tertentu yg kemudian membuat mereka merasa punya ‘mission in life’.

Yg harus disalahkan memang bukan anak2 lugu itu, tp pemimpin2 mereka yg mencuci otak anak2 muda itu.

Dalam masyarakat selalu ada apa yg disebut dg ‘residual ideology’: ideologi sisa dari masa lampau yg terus muncul padahal zaman sdh berubah.

Ketika menjadi residual ideology, suatu ideologi sebetulnya sedang ‘sekarat’ karena gagal menjawab zaman baru.

Residual ideology memang tidak bisa punah total, tetapi jg susah berkembang menjadi ideologi dominan. Dia hanya bikin bising aja.

Menurut saya, FPI adalah contoh baik dari residual ideology semacam itu. Mengharap dia punah total susah. Tp jadi besar jg sulit.

Tetapi kebisingan yg diciptakan residual ideology bisa mengacaukan citra negara kita juga, seperti rencana FPI u serang Goethe House.

Ada beda antara FPI dengan PKS dari karakter ideologinya. FPI membawa ‘residual ideology’, sementara PKS kembangkan ‘emergent ideology’.

Residual ideology: maksudnya ideologi masa lampau yg masih bertahan sisa2nya hingga sekarang. Sifatnya pinggiran.

Sementara ‘emergent ideology’ adalah ideologi baru (meski bahan2nya bisa dari masa lampau) yg sedang tumbuh dan berkembang.

‘Emergent ideology’ bisa suatu saat muncul sebagai ‘dominant ideology’. Karakter emergent ideology: cerdas membaca perubahan zaman.

Istilah ‘emergent ideology’ dan ‘residual ideology (plus ‘dominant ideology’) dikembangkan mula2 oleh sarjana Inggris Raymond Williams.

Yg senang menganalisis masyarakat yg sedang berubah, trilogi dominant-emergent-residual ideology dr R. Williams tadi sangat berguna.

Residual ideology (RI) biasanya muncul di masyarakat dan negara yg demokratis. Di negeri otoriter atau totaliter, RI langsung dibasmi.

Demokrasi memang sistem yg unik, sbb inilah satu2nya sistem yg bisa menerima musuhnya sendiri tetap hidup, tidak dibasmi total.

Residual dan emergent ideology yg biasanya menantang ‘dominant ideology’ hanya bisa berkembang dlm sistem yg demokratis.

Karena itu, demokrasi bisa disebut sebagai sistem yg membiarkan ‘anti-sistem’ dlm dirinya. Ini tak ada atau jarang di sistem2 yg lain.

No comments:

Post a Comment