Daoed Joesoef (baca: Daud Yusuf) menolak Bakrie Award. Juga penyair tenar Sitor Situmorang. Saya akan cerita sedikit ttg Daoed. #D
1. Ketika ia jadi menteri pendidikan (waktu itu masih bersatu dgn “kebudayaan”), ia tokoh yg kontroversial. #D
2. Daoed dianggap hendak memojokkan kalangan Islam. Ia, misalnya, membuat Ramadhan bukan bulan libur bagi anak sekolah. #D
3. Daoed juga memberlakukan aturan yg mencegah m’siswa aktif dlm kegiatan politik di kampus. NKK: “Normalisasi” kehidupan kampus. #D
4. Kebijakan (ini juga istilah dia, terjemahan atas kata “policy”) ini dianggap mengukuhkan cengkeraman Orde Baru ke universitas2. #D
5. Tentang yg terakhir, saya kira Daoed Joesoef memang sejalan dgn kehendak Or-Ba. Kampus memang selalu tempat pembangkangan. #D
6. Tapi Daoed juga punya alasan: banyak sekali aktivis kampus yg tak menjalani keharusan kuliah, dan itu menyia-nyiakan beaya Negara. #D
7. Ttg tuduhan ia memojokkan umat Islam, saya belum bisa menilai. Daoed menunjukkan bhw di Mesir pun sekolah tak libur di bulan puasa. #D
8. Sikap Daoed Joesoef pada agama (Islam) memang menarik. Spt ditulisnya dlm bukunya ttg ibunya, “Emak”, ia datang dr lingkungan NU. #D
9. Daoed dibesarkan dgn ritual agama yg lazim. Ia fasih membaca Qur’an. Ia mengagumi surah yg dimulai dgn seruan “Bacalah”, “Iqra’”#. #D
10. Di rumahnya yg sederhana sekarang, ada lukisan (ia juga melukis) pantai yg terkena ombak. Ombak itu membentuk kaligrafi “Iqra’”. #D
11. Tapi Daoed punya emak yg ia kagumi. Namanya Djasi’ah. Ibu ini berani menentang pandangan umum di kampung: ia belajar naik sepeda. #D
12. Daoed, yg besar di kampung dekat Medan dan berdarah Aceh, tak bisa menerima perempuan direndahkan. Di sejarah Aceh itu tak terjadi. #D
13. Tapi Daoed, yg ingin jadi pelukis, adalah seorang “francophile.” Menyukai apa yg berbau Prancis. #D
14. Kota Medan, menurut ceritanya, dibangun oleh walikota Bld yg mengagumi Paris. Daoed sendiri kemudian belajar ke Sorbonne. #D
15. Daoed orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Doctorat d’Etat dengan sebutan cum laude pula, dari Universitas Sorbonne, Prancis.#D
16. Dia tak jadi pelukis: Paris toh tak cuma tempat seniman. Ia jadi ekonom, tapi saya kira jiwanya lebih tertarik ke dunia pemikiran. #D
17. Saya tak tahu dgn pemikiran filsofof Prancis mana yg ia akrab. Tapi kesan saya: ia mewarisi semangat pemikir Pencerahan. #D
18. Revolusi Prancis adalah kelanjutan dari semangat itu: akal budi itu yg utama. Juga Revolusi Prancis melahirkan sikap anti-Gereja. #D
19. Revolusi Prancis melahirkan konsep “la patrie” dan “la läicité”.Revolusi yang anti-Gereja itu juga awal lahirnya “negara nasional”. #D
20. Agaknya Daoed menemukan sikapnya ttg ke-Indonesia-an dan ttg agama cocok dgn semangat yg masih terbawa Revolusi Prancis itu. #D
21. Ia pisahkan mana urusan agama (dia Muslim yg taat) dan mana yg urusan Republik. Ia konsisten dlm soal ini, dan itu tak mudah. #D
22. Daoed Joesoef, sbg menteri, tak merasa ia politikus. Ia memandang diri sebagai “teknosof”, teknokrat + filosof. #D
23. Seorang dekat Soeharto pernah kesal karena menteri pendidikan yg satu ini tak mau memakai “assalamualaikum” dlm awal pidato. #D
24. Kalangan Islam makin mencurigai Daoed, sbg operator CSIS (lembaga yg ia pernah pimpin) yg umumnya dikelola aktivis beragama Katolik. #D
25. Dialog dan konfrontasi terjadi, tapi Daoed orang yg tak mudah dibuat lentur. Akhirnya Soeharto anggap Daoed merugikan. Dicopot. #D
26. Gus Dur pernah menggambarkan kpd saya konfrontasi Daoed vs para ulama itu dgn cara Gus Dur: “ini sorban melawan Sorbonne”. #D
27. Daoed melakukan pilihan hidupnya selalu dgn alasan yg ia rumuskan dgn tajam + jernih, spt Descartes. Maka ia tak mudah berubah. #D
28. Ia lebih baik berhenti jadi PNS ketimbang mengikuti perintah. Seusai jadi menteri, ia menolak jadi komisaris perusahaan apapun. #D
29. Di rumahnya yg ia huni sejak baru jadi dosen FEUI, buku2 ditaruh di ruang yg tanpa AC. Ia tak punya uang utk menambah listrik. #D
30. Saya pernah berbeda garis politik dari Daoed Joesoef. Tapi saya kagum akan keteguhan sikapnya dan kebersihannya dari godaan harta. #D
31. Di masa Suharto ketika pejabat dgn mudah memperkaya diri, orang spt dia, Emil Salim, Mar’ie Muhammad dll tetap teguh. #D
32. Indonesia selalu dpt injeksi harapan baru, ketika ethos yg dibawa Daoed Joesoef (dilanjutkan Sri Mulyani + Boediono) masih utuh. #D
33. Korupsi polisi, pajak, kepalsuan perusahaan Bakrie di Pasar Modal, kini menemukan kiasan yg tepat dlm kata “lumpur”. Lumpur Lappindo #D
34. Penolakan Daoed Joesoef thd Bakrie Award punya simbolisme yg dalam: perlawanan sikap ethis thd sikap tak peduli pada nilai2. #D
35. Nilai2 yg membentuk Daoed mungkin nilai agama spt kata emaknya. Agama ibarat garam: meresap, tanpa kelihatan.#D
retweeted by gm_gm: Mas Goen, di csis saya berkesempatan interaksi dgn pak Daoed meski jarang. slh satu yg ingin saya tahu adlh soal NKK/BKK
retweeted by gm_gm: yg saya tangkap, ide di blkg NKK adalah benar2 menjadikan univ sbg center for excellence, bkn politk praktis
retweeted by gm_gm: katanya, “saya ingin ciptakan Hatta2 baru” mksdnya kls intelektual. agaknya ide ini kebetulan ketemu dgn kepentingan penguasa
retweeted by gm_gm: yg sy tangkap juga, ide pak Daoed lbh ke NKK, lalu ‘BKK’ cermin kepentingan Suharto wkt itu.
retweeted by gm_gm: Daoed Joesoef, “Orang yg menerima selalu di bwh yg mberi, sy tdk mau yang memberi itu brlumpur”
No comments:
Post a Comment