Follow kami di: Twitter , Tumblr, Wordpress, dan Facebook

"sayyid qutb" oleh @ulil | dikirim oleh @rayapan

saya akan cerita sedikit pengalaman pribadi saya dg sayyid qutb, ideolog gerakan ikhwanul muslimin dari mesir itu.

tahun 1987, waktu saya masih di pesantren, saya pernah memperoleh buku sayyid qutb dari guru saya, KH Sahal Mahfuz (Ketum MUI Skg).

buku sayyid qutb yg saya peroleh dari guru saya itu berjudul “ma’alim fi al-tariq”. Waktu dapet buku itu, saya msh berumur 20 thn.

buku “ma’alim fi al-tariq” karya sayyid qutb itu sering dianggap sebagai manifesto gerakan islam radikal di mesir. buku itu terbit thn 60an.

begitu saya dapet buku qutb itu dari guru saya, langsung saya baca sampai tuntas. saya terkesima dg gaya bahasanya yg indah dan evokatif.

dari segi bahasa dan komposisi, kualitas “ma’alim fi al-tariq” itu sama dg manifesto komunis-nya karl marx. sbg manifesto gerakan, sukses.

usai saya baca bukunya sayyid qutb, saya terpengaruh oleh isinya. sejenak, saya punya pandangan yg hitam putih ttg islam.

saya memandang semua orang di sekitar saya sbg muslim “jahiiiyyah” yg sesat. hanya saya yg benar. itu perasaan saya usai baca buku qutb itu.

tapi, lama2, saya tidak puas dg gagasan sayyid qutb yg keras itu, akhirnya saya tinggalkan setelah saya baca buku2 yg lain.

ttp, yes, buku qutb yg berjudul “ma’alim fi al-tariq” itu, kalau dibaca anak2 yg masih “lugu”, bisa meninggalkan pengaruh yg dalam.

hingga skrg, sy masih baca buku2nya sayyid qutb, krn tertarik dg kualitas bahasanya yg indah. meski dari segi isi, saya lbh banyak ga cocok.

mentalitas yg hendak ditanamkan oleh buku2 qutb adalah mentalitas totalitarian. dlm banyak hal, sejajar dg ideologi komunisme.

ambisi yg ingin diciptakan qutb sama dg ideologi2 komunis dan fasis: yaitu menciptakan “manusia baru”.

beberapa buku qutb masih menarik, terutama dari fase sebelum dia mengalami radikalisasi. misalnya teori kritik sastra dia, lumayanlah.

di kalangan islam revivalis atau kalangan tarbiyah/usrah, nama sayyid qutb, said hawwa dll memang populer dan dikagumi.

No comments:

Post a Comment