Follow kami di: Twitter , Tumblr, Wordpress, dan Facebook

#KarlMarx oleh @gm_gm

Saudara2. Karl Marx, bin Heinrich Marx, secara resmi sebenarnya seorang Kristen. Ia dibaptiskan di Gereja Evangelis di umur 6 tahun.


Tapi ia, yg lahir di kota Treves di wilayah Rhineland, Jerman, tahun 1818, sebenarnya keturunan Yahudi.


Ayahnya, Heinrich, anak seorang rabbi di komunitas Yahudi di kota Trier. Ibunya juga anak rabbi.


Tapi sang ayah masuk Kristen di sekitar musim gugur 1816. Heinrich memang awalnya seorang Deist, percaya Tuhan tapi menampik agama.


Heinrich, sang ayah, seorang advokat yg terpengaruh pd ide2 Voltaire + Rousseau, yg memang kritis kpd agama.


Henrich juga seorang patriot yg meyakini kerajaan Prusia dan mengagumi Frederick Agung, teman Voltaire, raja yg menulis banyak buku.


Tapi ia, berdarah Yahudi, tetap mengalami diskriminasi. Krn keturunan itu, ia tak bisa jadi anggota Majelis Hukum di wilayahnya.


Di tahun 1815, Heinrich menulis satu memorandum kpd Gubernur Jendral (Rhineland), minta agar peraturan yg diskriminatif itu dicabut.


Memorandum itu tak dijawab. Heinrich, krn ingin duduk dlm Majelis Hukum, terpaksa mengalah. Ia masuk Kristen. Juga isterinya.


Agaknya dari pengalaman keluarga ini, Karl Marx menganggap agama bukan sbg sumber kebenaran + keyakinan yg bersungguh-sungguh.


Tentu ada pengaruh lain. Pada usia 23, sdh ia tinggalkan studinya di bidang hukum (yg dikehendaki ayahnya). Ia ke jurusan filsafat)


Ia pindah dari Universitas Bonn ke Universitas Berlin. Pemuda ini pun bergabung dgn kelompok pengikut Hegel. Tapi ini “Hegelian Kiri.


Persisnya, kaum “Hegelian Muda”. Hegel, pemikir besar itu, memang kuat pengaruhnya waktu itu. Meskipun kemudian Marx mengritiknya.


Di Berlin, Karl ambil mata kuliah ttg pemikiran Demokritus dan Epikurus, dua filsuf Yunani Kuno sebelum Sokrates.


Dlm naskah tesis doktoralnya (Maret 1841), ia mengutip kata-kata Epikurus, yg mencerminkan semangat pemikirannya kelak.


Kata Epikurus: “Yang kurang ajar bukan orang yang menyangkal adanya dewa-dewa… melainkan orang yang meneguhkan dewa-dewa…”


Penutup disertasi itu juga disertai kutipan dr lakon Yunani Kuno, “Prometheus Dibelenggu”, karya Aeschylus.


Kata tokoh Prometheus: “Dgn lugas aku katakan, aku benci gerombolan dewa-dewa itu.” Dlm lakon itu, Prometheus dihukum para dewa.


Dlm mithologi Yunani, Prometheus dihukum Zeus, Bapak para dewa, krn ia mencuri api dan memberikannya kpd manusia — dan itu salah, ia dibelenggu ke batu karang.


Tiap hari seekor elang besar akan merenggutkan dan memakan hatinya. Prometheus tak menyerah.


Kata Promethues, dlm lakon itu: “Lebih baik jadi pelayan batu karang ini ketimbang jadi anak patuh Bapa Zeus”.


Bagi Marx, “Promethues adalah santo dan martir paling mulia dalam sejarah filsafat,” tulisnya. dlm disertasinya.


Tampak, Marx anak zaman Pencerahan: manusia tak merasa lagi di bawah ampuan Langit. Api Prometheus (“cerah”, “enersi”) itu simbolik.


Istilah “Pencerahan” (Aufklarung, Enlightenment) dirumuskan Kant, dgn semboyan “Sapere Aude”: beranilah pakai akalbudimu sendiri”


Marx bukanlah seorang Kantian, tapi gagasan “berani pakai akalbudi sendiri” itu ada sejak awal filsafatnya.


“Api” yg diserahkan Prometheus kpd manusia melambangkan “terang”, “energi”, “gelora hati” yg berkobar: dgn itu manusia bebaskan diri.


Itu sebabnya filsafat Marx tdk sekedar materialistis. “Materialisme” menganggap sejarah adalah hasil kondisi fisik + sosial-ekonomi.


Dlm pandangan Marx, masih ada peran “kesadaran”. Manusia tak hanya pasif menerima pengaruh alam dan dibentuk oleh materi.


Dlm pandangan Marx, ada “dialektik” antara pengaruh alam dan materi dgn kesadaran manusia.


Dlm pandangan Marx, manusia membentuk diri dengan berinteraksi dengan dunia materi melalui kerja, dlm ruang dan waktu.


Tapi ia tetap “materialis”. Katanya: “Kehidupan tak ditentukan oleh kesadaran, melainkan kesadaran yang ditentukan oleh kehidupan.


Katanya lagi: “Hantu-hantu yang terbentuk di otak manusia niscaya juga sublimasi dari proses-kehidupan material mereka..”


Katanya lagi: “Moralitas, agama, metafisika… tak lagi bertahan sebagai hal-hal yang seakan-akan mandiri.”


Dari pandangan seperti itulah Marx memandang agama bukan sbg sesuatu yg turun dari luar sejarah, tapi lahir dari percaturan sejarah.


Tapi kata-katanya yang terkenal bahwa “agama adalah candu bagi orang banyak” sering dikutip tak lengkap.


Marx bilang, “kepedihan religius” (das religiƶse Elend) adalah ekspresi kepedihan yg nyata dan sekaligus “protes” terhadapnya.


“Agama”, kata Marx, “adalah suara keluh (der Seufzer) dari makhluk yg tertindas, hatti dari dunia yg tak punya hati…”


“…sebagaimana ia roh dari situasi yang tak punya roh. Ia candu bagi orang banyak” — begitulah akhir kalimat Marx ttg agama.


Dari sini tampak, bgm agama adalah sebuah “protes” atau reaksi thd dunia yg tak punya hati lagi, tak punya roh lagi.


Tentu saja harus tetap dikatakan Marx bukan orang yg beragama; ia anggap agama hanya “ideologi”, konstruksi di kepala manusia


Tapi Marx tak salahkan bukan agama, melainkan kondisi yg membuat agama jadi pembenaran banyak hal.


Marx melihat agama sebagai gejala “penyakit” sosial, bukan penyakitnya sendiri.


Marx melihat agama sebagai gejala “Entfremdung” (keterasingan) atau “alienasi”: manusia tersisih dari dirinya sendiri sbg subyek


Alienasi terjadi ketika manusia ciptakan sesuatu, dan kemudian yg dibikinnya itu melepaskan diri dari dia, malah menguasai dirinya


Contoh alienasi: manusia bikin uang, tapi uang itu menguasainya. Manusia bikin berhala, tapi kemudian berhala itu disembahnya.


Alienasi juga ketika buruh tak lagi dirinya sendiri. ia cuma tenaga yg diperdagangkan. Hasil kerjanya juga tak lagi bagian hidupnya.


Demikianlah dalam agama, kata Marx, “makin banyak yg ditaruh manusia dlm Tuhan, makin sedikit yg tersisa untuk dirinya sendiri.”


Di dua tuga abad setelah dia, analisa Marx ttg agama terbukti tak seluruhnya tepat. Tapi kritiknya lahir dr simpati kpd yg menderita.


Spt sudah disebut di atas, yg diserang Marx bukanlah agama itu sendiri, tapi kondisi yg membuat agama jadi pembenaran hal2 yg salah.


Itu yg membedakan Marx dari orang yg mengritik agama sbg persoalan theologis, mis. Bruno Bauer (1809-1882), murid Hegel.


Bauer ini yg memperkenalkan lebih luas kata “alienasi-(diri)” di antara para “Hegelian Muda”. Kritiknya tertuju kpd agama Kristen


Bauer mengritik agama Kristen (mungkin krn agama ini yg dikenalnya). Meski ia mengakui, agama ini sbg bagian tahapan sejarah.


Tapi, kata Bauer, agama ini membangun dogma. Kebenaran yg bisa dicapai oleh kesadaran kini berada teraisng dr kesadaran manusia.


Maka Bauer hendak bebaskan manusia dari agama. Waktu membahas posisi orang Yahudi, Bauer anjurkan mereka tinggalkan agama.


Dgn demikian, kata Bauer, persoalan umat Yahudi di masyarakat (Prusia) bisa terpecahkan. Tapi Marx tak setuju ini.


Ia setuju agama ditiadakan, tapi men-sekuler-kan Negara tak akan memebaskan manusia dari penghambaan dan penindasan.


Bagi Marx, yang terjadi di Prusia bukanlah alienasi agama, tapi politik. Sikap ini sdh tampak di tahun 1842 dlm tulisan Marx.


Waktu koran2 menyerang Bauer (dll) karena mengritik politisasi agama dlm bentuk “negara Kristen”


Tapi jika orang lain mengecam sikap Bauer yg mengandalkan rasionalitas utk menyisihkan agama, Marx mengritik Bauer dari segi lain


Bagi Marx, kalaupun agama disingkirkan, dan Negara tak lagi kristen, sekularisasi bukanlah akhir pembebasan.


Negara itu sendiri hrs dikritik, bukan cuma agamanya. “Dari kritik atas Surga ke kritik atas Bumi”, itu yg dianjurkan Marx.


1842, Marx menulis: “agama hrs dikritik dlm kerangka kondisi politiknya”, bukan kondisi politik yg dikritik dlm kerangka agamanya.


Bagi Marx, perjuangan anti-agama dgn merayakan atheisme + akalbudi hanyalah perjuangan di bidang ide.


Yg lebih penting adalah perjuangan melenyapkan kondisi sosial-politik yg membuat agama hrs dimusuhi.


Dlm kritiknya kpd Bauer ini, sebenarnya Marx tak begitu adil. Sebab dlm “Die Judenfrage” Bauer sendiri sdh mengatakan hal yg sama.


Kata Bauer: “Manusia tak pernah melakukan apapun yg historis semata-mata krn agama”. Selalu ada gaung kepentingan politik.


Bila manusia bayangkan mereka bertindak + menderita utk Tuhan, kata Bauer, sebenarnya itu berkaitan dgn soal kehrusan manusia.


Persamaan Marx dan Bauer banyak; pengaruh Bauer kpd pemikirannya dalam. Bahkan kiasan “agama sbg candu” dimulai oleh Bauer.


Demikianlah pandangan Marx thd agama secara ringkas. Ia anti-agama, tapi ia melihat sengsara + keserakahan manusia sbg sebabnya.


Dgn demikian, empatinya kpd sengsara manusia itulah yg bicara. Tak aneh bila ada orang2 agama yg menerima Marx di sisi mereka.


Di Indonesia, sejak H.O.S. Tjokroaminoto ada usaha pertautkan Islam dan sosialisme. Haji Misbach bahkan aktivis partai komunis tahun 1920an.


Di Amerika Latin, pernah terkenal gerakan pastor Katolik dlm “theologi pembebasan”, yg banyak menyerap Marxisme.


Bahkan ada pemikir Budhis yg melihat Marx tak jauh dri keyakinannya. Saya singgung soal ini dlm Catatan Pinggir besok.


Bagi Marx, “Manusia, sebagai wujud obyektif dan berpancaindera, adalah mahluk (Wesen) yang menderita”. Dlm Budhisme, itu “dukha”.


Tapi Marx tetap anti-agama dan atheis. Persoalan “atheisme” ini tak mudah sebenarnya, tapi tak akan saya bahas di sini.


Yg tak pas diduga Marx ialah bahwa abad ke-20 dan 21, agama tak selamanya “suara keluh orang yg tertindas”.


Juga usaha negeri2 yg dipimpin partai Marxis-Leninis (Rusia, Cina, Vietnam) utk menghabisi agama gagal.


Belum lagi melihat Revolusi Iran, yg bagi Michel Foucault menunjukkan tak relevannya diktum Marx bhw agama itu candu.


Tapi mungkin Marx masih benar sedikit. Agama, meski kita yakini datang dr Tuhan, ia selalu menempuh sejarah sosial-politik di dunia.


Dan ia tetap punya arti di dalam dunia yg tak punya hati lagi, tak punya roh lagi.


Begitulah, teman-teman, kul-twit ttg Marx + agama. Maaf jika kurang enak dan membosankan. Ini cuma sumbangan yg tak perlu dibayar.#marx


gm_gm   : Yg tak pas diduga Marx ialah bahwa abad ke-20 dan 21, agama tak selamanya “suara keluh orang yg tertindas”. #marx


comment : #marx Bukan soal apakah agama relevan/tdk relevan. Bagi Marx agama adalah lambang keterasingan.


gm_gm   : Soal agama dan keterasingan sdh saya sebut di atas. Yg ,mempersoalkan rekevansi itu Foucault.


comment : jadi dlm hal ini Foucault agak keliru menilai Marx. Marx tdk perduli dng fungsi politik agama, sebab second ontologis sdh dia tolak.


gm_gm   : Bagamana dgn pernyataan Marx: dg bantuan filsafat, “kritik atas theologi mengubah diri jadi kritik atas politik”?


comment : apa bnr om @gm_gm kalo MARHEN it akronim dr marx-hegel-engels/nietczhe?


gm_gm   : Soal Marhaen itu pernah saya sebut dl Kul-Twit ttgf Bung Karno. Marhaen bukan singkatan. Itu nama seorang petani miskin.


comment : bang goen jd marxisme apa?sm atheis apa bedanya?maaf ya kalo saya bodoh..ehehe makasih ya sblmnya


gm_gm   : Kaum Marxis ada yg bukan atheis. Tapi Marx sendiri seorang atheis, dlm arti tak percaya kpd apa yg disebut orang agama sbg Tuhan.


comment : om @gm_gm , buku apa yg paling bagus dlam mendeskripsikan ide marx?


gm_gm   : Tak cuma satu buku yg bagus ttg teori Marx. Juga Marx punya segi banyak, jadi banyak buku ttg banyak segi Marx dan Marxisme.


comment : mgknkah Marx anti agama krn memang tdk menawarkan pemikirannya sbg agama/ideologi? Marx hanya ingin membebaskan bhkn tuk dirinya sdr?


gm_gm   : Marx, yg anti kebekuan pikiran, tentu tak ingin membuat “agama”. Tapi banyak pengikutnya yg memperlakukan Marxisme mirip agama.


comment  : Tanya : Letak perbedaan anti agama dengan atheisme yang paling mendasar ada ada dimana ya pak?RT @gm_gm: Tapi Marx tetap anti-agama dan atheis. Persoalan “atheisme” ini tak mudah sebenarnya, tapi tak akan saya bahas di sini. #marx


gm_gm   : Ada atheis yg anggap agama penting, mis. untuk identitas kelompok. Ada orang tak menyukai agama tapi mencintai Tuhan.


comment : Menarik dipelajari krn Ajaran Marxis punya pengaruh besar dlm sejarah, mengakibatkan umat manusia hidup dlm penderitaan


gm_gm   : Saya tak begitu yakin apakah penderitaan manusia datang krn Marxisme, dan apakah perang adalah akibat Marxisme-Leninisme.


gm_gm   : Contoh alienasi: manusia bikin uang, tapi uang itu menguasainya. Manusia bikin berhala, tapi kemudian berhala itu disembahnya. #marx


comment : kritik marx thdp agama ini sy pikir saat ini mpgruhi persepsi manusia shgga agama tak lg laku dijadikn sistem tatanegara


gm_gm   : Jika agama dipengaruhi persepsi manusia, berarti juga dipengaruhi sejarah sosial-politik. Manusia tak lepas dr sejarah itu.


gm_gm   : Agama masih laku ditawarkan sbg sistem kenegaraan, tapi pd akhirnya ada “gap” antara klaimnya yg mutlak dan realitas politik.


comment : Padahal, menurut #Marx, gerakan revolusi sosial atas kapitalisme hrs berdasarkan kesadaran sosial. Tampaknya, ini yg dilupakan Pak @gm_gm


gm_gm   : Maaf. Saya membatasi pemaparan ttg Marx dan Agama.


comment : Kesadaran sosial itu, kata #Marx, tdk dtg dr ceramah agama,tp oleh keadaan sosial (kondisi ekonomi). (mgkn) ini jg yg terlwt oleh Pak @gm_gm


gm_gm   : In my humble opinion, anda tak membaca Kul-Twit ttg Marx + agama yg saya berikan dgn baik.

No comments:

Post a Comment