Ternyt saya rindu sama mahasiswa2 stlh libur sebulan ini. Tp koq dlm mimpi saya ngajar matakuliah feminisme yg sdh saya lepas 10an thn lalu?
Tahun 90an awal saya lemparkan isyu laki2 feminis di bbrp koran n majalah, rame: pro-kon. Waktu itu studi feminis belom marak.
Di jur filsafat ui, akhir thn 80an toeti heraty membuka mata kuliah “paradigma studi wanita”, saya n gadis arivia ngikut mt kuliah itu.
Lalu gadis arivia lanjutin mt kuliah itu, sebentar saja, saya gantikan krn dia studi ke prancis. Diubah namanya jd studi paradigma perempuan.
Dalam feminisme, istilah “wanita” jd problem, krn mengandaikan “wong” yg “ditoto”, org yg ditata. Siapa yg nata? Yah laki2(patriaki).
Feminisme tak menerima perempuan ditata lalu menjadi subordinat laki2. Perempuan jg manusia, mau eksis!
Perempuan diambil dr bahasa melayu, “empu”, yg dihormati, ahli, diutamakan. Jadi lbh cocok perempuan drpd wanita.
Masa jadi feminis ttp pake kata wanita (ditata laki2?) ya gak feminis dounk, maka wajib pake kata perempuan.
Krn sejarah dianggap hny diperani n dilihat dr kcmta laki2, mk jd (his)tory
Feminisme bertujuan mengungkap peran perempuan n menulis sejarahnya, jd “herstory”. Dlm feminisme: perempuan harus “menulis”!
Secara etimologi itu sering saya pake di depan ahli n blm ada yg mengkritisinya.
Bahasa is pikiran, pikiran is bahasa sklpn tdk harus linguistik. Bnyk yg keliru bahasa diidentikkan dgn linguistik
Istilah bahasa lbh luas drpd linguistik sbg bahasa yg tersistem or terstruktur. Pikiran jg seperti itu, terstruktur n tidak.
Thesis saya tadi, bahasa=pikiran, tautologi.
Plato sbg filsuf pertama yg menulis buku filsafat bahasa: bahasa muncul dr bunyi2 benda (anomatopea), saya gak setujuh sepenuhnya!
Bahasa muncul ketika indrawi kita berjumpa dgn benda2, melihat, menyentuh, mendengar, itu is bahasa.
Saya penganut bhw realita is sebuah encounter (perjumpaan), realitas is bahasa sbg sbh kesadaran bersama n individual.
Pikiran tak semata dibentuk oleh benda2 tapi jg tak bisa membentuk dirinya sendiri.
apkh bh ind “wanita” lngsng diambil dr sankrit “vanita”? Perlu ditelusuri lg makna sosiologis kata “vanita” ini, blm bisa disimpulkan.
Kalo bhs ind “wanita” lngsng diambil dr sankrit n bkn jawa, n “vanita” tdk ada relasi dgn wong ditata, mk kata wnta problematik.
Sblm saya dpt pemahaman kata “vanita” secara sosiologis, saya masih liat wanita scr etimologis dr jawa.
Bahasa menjadi rigid ketika itu dikonstruksi masyarakat ke pemaknaan tunggal. Bahasa kehilangan daya ungkapnya ktk jd sistem simbol.
Patriarki menciptakan bahasa simbol phalus sesuai dgn ciri2 maskulinitasnya yg dimaknai serba heroik-protektor!
Perempuan dianggap tak pny bahasa, lbh tepatnya didiamkan oleh bahasa falus-dominatif itu. Dgn terdiam perempuan pun dianggap tak pny sejarah.
Bagian yg paling menantang dlm feminisme is berhadapan dgn agama yg sudah dikonstruksi oleh interpretasi patriarki.
Fenomena kongkrit n msh aktual di indonesia is disahkannya uu-antipornografi. Pengendalian negara atas seks terutama tubuh perempuan.
Thn 90an awal teologi islam cukup dikejutkan olh tesis seorg feminis pakistan, rifat hassan, tlgi islam mewarisi patriarki yahudi dan kristen.
Teologi ttg penciptaan manusia, adam n eva, di mana eva diciptakan dr tlng rusuk adam, mnrt rifat hassan tdk berdasar scr tekstual.
Riffat hassan menyoal, dgn interpretasi adam sbg ciptaan pertama melegitimasi laki2 utk berkuasa, aplg perempuan hasil dr tlg rusuknya.
Kendati menrt penelitian r hassan, tak ada scr tekstual adam itu disebut laki-laki. Tepatnya, “manusia” itu diberi nama adam.
Kata “manusia” di sini, diinterpretasi sbg laki2 krn eva baru kemudian muncul dr tlg rusuk “manusia” itu.
Pertanyaan kritis hassan: bagaimana menamakan laki2 kalo pd saat bersamaan tdk ada perempuan? Dlm pelajaran bahasa hal ini sngt mendasar.
Allah sendiri dlm al-quran mnrt r hassan tdk menyebut bhw “manusia” (adam) itu laki2. Jd siapa yg menyebut kalo adam itu laki2?
Sebutan adam sbg laki2 jelas muncul dr sejarah awal teologi patriarki yg pd dasarnya tdk punya dasar yg kuat scr tekstual.
Jadi, sepanjang sejarah dlm agama n institusi scr luas yg dinapasi oleh agama, perempuan sll dianggap makhluk kedua, the second sex.
Anggapan perempuan sbg makhluk subordinat inilah yg didekonstruksi r hassan, bhw sbnrnya perempuan pun berhak membuat teologinya sendiri.
Teologi oleh patriarki sbnrnya sdh dikonstruksi sebg ideologi, bagaimana laki2 selalu atas nama Allah n kitab suci mengendalikan perempuan.
Menurut hemat saya, maksud r hassan, kita perlu membedakan teks kitab suci itu sendiri dgn tafsir teologis atasnya.
Pemaknaan kembali olh r hassan ttg penciptaan manusia, dr teologi islam langsung meliputi yahudi n kristen. Sbh thesis yg subur utk dikritisi.
"feminisme & bahasa" oleh @tommyfawuy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment