Follow kami di: Twitter , Tumblr, Wordpress, dan Facebook

"Knowledge" oleh @tommyfawuy

Knowledge pencerahan is konstruksi idealisme-borjuasi, manipulatif, sbgmn marx, sebenarnya realitas yg tentukan kesadaran (ide) bkn sblknya.

Knowledge is power! Mengapa bukan capital is power menciptakan knowledge?

Idealisme borjuasi diawali oleh filsafat transendental kant, kemudian scheling, fichte, dan hegel.

Idealisme: sistem filsafat yg bertolak dr konsep2 rasio murni, analitik apriori: tuhan, kebebasan, keabadian.

Rasio murni sebelum kant yakin mampu mengetahui hakekat benda (cara berpikir transendensi), pd kant rasio murni hanya pd batas gejala benda.

Idealisme hegelian, kalo pengetahuan itu salah bisa dipastikan bukan krn ide yg mendasarinya tapi materinya.

Bagi hegel, sejarah bergerak dialektis-progresif karena ditentukan oleh ide (roh): subjektif-objektif-absolut. Ketiga unsur itu is roh adanya.

Konsep roh hegelian diambil dari trinitas kristiani yg lalu disekularkan tp dgn demikian napas kristen dlm filsafat terselamatkan.

Pd hegel, roh dibuat semacam sinar mata pikiran yang bkn sekedar nyantol di ketinggian tertentu tp juga menelusuri jalan tol pake bayaran!

Bgimanapun hegel sadar bhw ketika roh turun ke realita n menjadi sbh realitas objektif, pasti lngsng dibatasi oleh positivitasnya sendiri.

Ide mewujud diri sbg materi atau aturan2 positif (objektif) yang kemudian hrs menerima konsekwensi, dirinya sendiri yg dipenjarakan.

Dalam keterpenjaraan objektif-positivistik roh harus bergelut-berjuang membebaskan diri, bikin anti-thesis lagi gitu loch. No! No! Berontak!

Pergulatan roh untuk bebas dr aturan yg dibuatnya sendiri itu menjadi langkah sejarah meningkat-maju (aufhebung), sejarah subjek-kesadaran.

Pembebasan roh atas aturan yg dia buat sendiri itu saat berada dalam kondisi terasing (self-alienated).

Bgmnpun, keterasingan diri dlm pembatasan pasti dpt didialektiskan dgn tanpa pembatasan, cara negasi sngt mendasar olh kesadaran, bg hegel.

Aturan2 positif selalu dapat saja dirobah atw dilanggar ketika hal itu justru tak mampu lagi mengakomodir gerak kesadaran subjek.

Aku (subjek-kesadaran) senantiasa menerobos batasan atau kebuntuan sistem sbg proses utk mencari bentuk kesadaran murni (pure conciousness).

Kesadaran murni sesungguhnya pd awalnya is ada tanpa mediasi, ada di dalam dirinya sendiri, nmn itu keadaan diri yg tdk mencukupi.

Kesadaran murni is ke luar sbg kesadaran ketika dibenturkan langsung oleh kesadaran tak murni, yang bukan self (aku). Itulah dialektik awal.

Dialektika itulah yg mewujud sebagai aturan or hukum yang membatasi keberadaan diri (roh objektif).

Dr dialektika itu pula sbgmn sdh disinggung, subjek n bkn subjek berhadapan, menghasilkan sebuah mediasi yg disebut kultur.

Maka kultur dalam pemahaman hegel is kreasi kesadaran yang mewujud, aturan2, pengalaman2 diri, yg tak lain is roh itu sendiri.

Karya sastra, lukisan, fotografi, film dr kacamata hegelian is “roh yg mewujud”. Wujud-membatasi, lalu didialektiskan lagi!

Dalam kultur, kesadaran diri yg teralienasi berhadapan dialektik universal-partikular yg menyangkut lngsng dgn masalah bahasa.


***

29 Juli

Lanjut lagi kultwit tadi malem soal idealisme-borjuasi ala hegelian.

Bahasa muncul dari dialektika aku-kesadaran “I” (ego) dan “non-I”, “ego-universal”-“ego-partikular”. Bahasa is mediasi-komunikatif.

Dgn bahasa self mengatasi partikularitas-objektif, mengabstrasikannya pd tingkat universal utk menemukan kembali kesadaran diri (roh) mutlak.

Bahasa dlm gaya idealisme-hegelian dgn terus berterima kasih pd plato, merpkan kesadaran yg harus dilampaui utk kembali pd kesadaran murni.

Dalam hegelian, bahasa-kultur mrpkn roh-objektif di mana kesadaran harus menegasikannya sbg upaya emansipasi dr keterasingan-diri.

Emansipasi hegelian dgn dasarnya roh atau kesadaran murni itu representasi idealisme-borjuis!

Kesadaran is realita itu sendiri tapi jika ia ada di dalam realita (imanensi) maka bagaimana kesadaran itu berawal n berakhir?

Kalau kesadaran dlm realita, yg memungkin kita bicara sejarah sosial-ekonomi-politik, bgmn eksistensi kesadaran itu dlm moda-produksi?

Di sinilah peran marx ketika ia mengkritisi kesadaran dlm sejarah sbg sej perjuangan kelas. Kesadaran yg menata sejarah is kesadaran palsu.

Marx melepas dialektika roh n menggantikannya dgn materi, moda produksi. Alienasi roh diganti alienasi kerja!

Kalo bicara soal multiplisitas, harus jelas, apakah masih ada dialektika di sana?

Kalo dialektika harus ada afirmasi n negasi, ada identitas penuh, rigid, bagaimana mungkin ada multiplisitas di sini?

Kalo multiplisitas lalu ada dialektika artinya harus ada sebuah variabel determinan yg bisa menelusup utk menjelaskan keseluruhan.

Dari perspektif hegelian membutuhkan kemampuan luar biasa bagi subjek utk mampu merengkuh segala yg ada!

Fils hegel mendorng org utk tampil percaya diri sbg subjek totaliter or sbg roh absolut sbgm keinginan diri hitler, firaun, napoleon, dll.

Hegel pd prinsip realitas jg menerima multiplisitas sbg wujud dr dialektika namun “aku universal” is tujuan utama dr aku-kesadaran.

Dalam logic n phenomenologi, hegel menata dialektikanya ttg kesemertaan ada-non ada, I (aku) non-aku, lalu aku universal-partikular.

Singgung lagi awal kultwit ttg hegel is melihat program bgmn idealisme-borjuasi itu muncul dalam sejarah.

Idealisme-borjuasi is penamaan saya atas konsep filsafat pencerahan dr horkheimer n adorno.

Idealisme-borjuasi is knowledge elitis yg mengantung pd asumsi rasio murni or kesadaran murni yg menata semua ruang objektif.

Ketika kesadaran terpenjara pd aturan2 yg ditatanya sendiri, ia mengalami alienasi, maka butuh pembebasan (emansipasi).


***

30 Juli

Waktunya utk meneruskan kultwit ttg idealisme-borjuasi, kantian, hegelian, sampe ke marxian.

Pembalikan marx atas dialektika roh hegel tdk langsung membuat perbedaan kedua pemikir itu lepas sama sekali.

Marx tidak menampik dan melenyapkan sama sekali produk2 kesadaran diri atau kultur dr hegel.

Kultur diterima n didudukkan pd lapisan atas struktur masyarakat, yg terbentuk n tergantung adanya pd mode produksi sbg lapisan dasar.

Cara dialektika umumnya tdk meniadakan sisi yg dikontraskan! Demikian jg marx tdk bermaksud meniadakan idealisme hegel.

Marx masih ttp hegelian dlm form (bentuk) dialektika tp tdk matter (isinya). Hegel: tujuan sejarah is roh absolut, berakhirnya dialektika.

Marx: tujuan sejarah is berakhirnya dialektika perjuangan kelas, (masyarakat tanpa kelas) sama halnya; berakhirlah sejarah.

Sama halnya, lapisan bawah n atas harus terus berdialektik: kesadaran n moda produksi menjd dasar cr pandang marxian atas jalannya sejarah.

Dialektika sebenarnya is warisan idealisme platonis yg disusupkan oleh visi kekristenan oleh hegel soal eskatologi (ajaran ttg judgment day)

Dalam perjanjian lama ada surat yg menyatakan bahwa akan tiba waktunya singa makan bareng dgn domba (bahasa marx: borjuis n proletar).

Hegel awalnya belajar teologi lalu filsafat n jgn heran kalo filsafatnya sngt bau theologi-eskatologi.

Yang menjadi pangkal dr eskatologi kristen ialah akan datang sebuah kota atau kondisi bagi manusia hidup dalam kedamaian tnp dosa.

Kota eskatologis itu ialah “yerusalem baru” di mana nabi isa akan datang utk keduakalinya, menyelamatkan dosa ummat manusia n memerintah.

Nah, di “yerusalem baru” itulah singa n domba maem bareng, sharing2an geto loch. Pokoknya “sama rata n sama rasa”-lah kalo pake bahs marx.

Kembali pd thesis awal, hegel mensekularkan ajaran eskatologi kristen dgn mewariskan dialektika plato n kant. Roh absolut is yerusalem baru.

Singkatnya ked
atangan nabi isa kedua x itu merupakan akhir dialektika roh yg kemudian lbh diradikalisasikan olh marx dgn paham komuni(s).

Pada hematnya, makan bareng singa n domba itu is kondisi komunis, utk menuju ke sana, gereja is sarananya, tak ada perbedaan kelas di sana.

Hegel merindukan berakhirnya dialektika roh is munculnya sebuah komuni religius, sedng marx dr dialektika material is komuni sekular.

Eskatologis-komunis religius bagi hegel tak lain berdiri di atas kondisi “rekonsiliasi kesadaran” dgn dirinya sendiri pd akhir dialektika.

Rekonsiliasi sbg syarat berakhirnya dialektika menandakan pula teratasinya emansipasi kesadaran atas aturan2 yg dibuatnya sendiri.

No comments:

Post a Comment