Meskipun menggunakan Plato, Badiou seorang materialis.
Yg unik dr Badiou ia memposisikan filsafat sebagai bidang yg tdk otonom. Filsafat ditentukan oleh “kondisi2 filosofis” yakni kejadian!
Tugas filsafat bukannya merumit2kan sesuatu melainkan menangkap dan menyampaikan kejadian/truth-event. Filsuf hrs terlibat dlm truth-event.
Itu sebabnya filsafat setara dng seni, sains, cinta dan politik. Semuanya mensyaratkan determinasi subyek militan ke arah truth-event.
Maka berbahagialah Tommy Awuy yg berfilsafat, bergalerry, ber-cinta hingga beranak kembar dan berpolitik dng sensibilitas.
Filsafat dimulai dari ada tapi berfilsafat dimulai karena kejadian-kebenaran. Karenanya hasrat akan kebenaran adalah hasrat akan filsafat.
Karenanya berfilsafat mengandaikan keterlibatan dan hasrat pengungkapan kejadian. Filsafat adalah ruang tunggu bagi kejadian-kebenaran.
menjawab Tommy soal paradoks waktu dan ruang. Dng badiou, paradoks waktu dan ruang bisa dilampaui dng fidelitas thd kejadian.
Tapi persis disini pula kekurangan Badiou; ia berhenti pada fidelitas dan subyek yg menunggu kejadian mengungkapkan diri.
Bung Daniel Benar! Kejadian tdk bisa cuma ditunggu sekalipun dng fidelitas. Di sini zizek benar: kejadian (the Real) harus diintervensi.
Filsafat tdk menyajikan Kebenaran, tapi berupaya memahami “truth-event. Kebenarannya ada dlm event bukan dlm filsafat per se.
Filsafat tdk menyajikan kebenaran tapi menangkap truth-event. Kebenarann ada dlm kejadian, bkn dlm filsafat per se.
Jadi kebenaran ‘ada di luar sana’, subyek berjuang mengungkapnya, filsafat mengabadikannya.
Kejadian hanya mungkin sbg truth event apabila ada subyek yg menerobos dan mengubah koordinat situasi.
Kalau Matematika sulit, bisa diganti dengan filem kata Zizek. Ada baiknya diikuti, krn filsafat utk buat hidup jadi ringan bkn buat susah.
Bung Tom betul: filsafat adalah narasi utk subyek dan kejadian-kebenaran. Filsafat bukan kebenaran itu sendiri.
Truth-event bkn das ding an sich tapi metahistoris yg hanya bisa dialami oleh subyek dng metapolitik/fidelitas.
Truth-event bkn pengetahuan. Truth-event adalah sst yg memungkinkan pengetahuan.
zizek gemar menganalisa filem dan novel krn dulu diasingkan birokrat kampus/partai di perpustakaan dan dokumentasi filem.
Tapi kalo ingat kuliah Balibar thn 2002 di ESSEX dulu sbg ganti Badiou.. Balibar bahkan menggantikan matematika dng rangkaian tawa…
kalo bahasa schellingnya “kehendak yg tdk menghendaki apapun” alias Ungrund….
Kosong di situ kosong dr segala bentuk signifikasi “the Symbolic”.
Zizek tdk prnh scr khusus menganalisa komik/film dlm kerangka “cultural studies”. Dia gunakan sbg metafor utk menjelaskan hasrat dsb.
Tapi komik sangat pasti bisa dianalisa dng Lacan terutama dng konsep fantasy.
Proyeknya Badiou yg utama kan mau mengembalikan hasrat kpd filsafat sbg artikulasi truth-event. Matematikanya sih bagian dr gaya2an doang.
Gaya filsafatnya nyaris mengkopi ulang Deleuze dan Lacan. Ttg 4 bidang kebenaran ambil dr Deleuze, sementara ttg Cinta dari Encore Lacan.
Bahasa terlepas dr pikiran itu bisa juga maksudnya bahasa sekaligus tindakan? (Pragmatisme Rortyan) atau bahasa elemen antah berantah?
Soal bahasa Badiou tetap pd posisi: pikiran sbg Germo antara dunia dan bahasa.
sama seperti para filsuf: bukan lain juga Germo antara dunia dan pikiran (pikirannya sendiri kadang2) heheheh.
Singkatnya Truth-Even bkn lain “kategori transendental yg dimurnikan lagi tapi disempitkan spy cuma subyek yg bisa masuk.
Gadamer dan derrida beda jaman dan bertentangan: gadamer logosentris dlm kategori derrida.
Kalau pada badiou kekuatan filsafat ditentukan oleh link eksternal filsafat (hasrat filfasat dan kondisi2 filsafat)
Pertanyaan buat adorno: apakah do re mi dlm kapitalisme berbeda dng do re mi dlm sosialisme?
Salah satunya bisa janjian dng prof daniel ke cak tarno institute utk pinjam hard copynya.
Gaya matematika badiou itu diam2 diambil dari Lacan. Frege, Goedel dsb sudah disebut Lacan dlm Encore.
Di dlm Encore prinsip count as one/matematika, hanya metafora dr prinsip “whole” dan “not-whole” yg juga sudah ada dlm Kojeve dan Hegel.
Dlm segi ini Badiou hanya memfilosofikasi matematika sbg matematika. Alias gaya2an. Buang matematikanya tdk mengurangi apapun dr Badiou.
Tapi coba buang metapolitiknya, maka filsafat Badiou tdk lebih dari teori akuntansi.
Matematika badiou hny filosofikasi dr Encore Lacan. Dlm Lacan, frege, goedel disebut utk argumen ttg “whole” dan “not whole”.
buang matematika badiou maka tdk ada yg kurang dr filsafatnya. Buang metapolitiknya, tdk ada lagi badiou.
Matematika dlm sistem badiou cuma contoh to explain truth dlm pandangan imanensi materialis dialektik. (Lht. Logic of worlds)
Dng kata lain matematika hanyalah faktor penjelas saja dr filsafat Badiou. Jangan dibalik seolah matematika lbh utama.
Tanpa matematika logika dunia tetap ada, tanpa matematika dunia sudah ada.
Baiknya baca badiou jangan cuma metafisikanya, baca juga tulisan2 politiknya biar tdk salah memposisikan badiou. Badiou bkn seniman.
Badiou materialis dialektis ini aja sdh jelas posisinya. Tanpa matematika being bisa dijelaskan dng Lacan dan Being Heidegger.
“Tahu keberadaan” itu beda level dng “ada sbg ada”. Matematika membantu “tahu” tapi bukan “adanya”.
Subyek militan badiou jangan dihalus2 sesuai perasaan. Itu ada rujukannya dlm politik perancis konkret.
Krn itu penting juga utk tau konteks pikiran badiou dlm tradisi Marxist Perancis biar tidak “biang being”.
Matematika hanya metafora, being tdk pernah dapat digambarkan secara lengkap.
Nah jangan dipahami secara naif pernyataan semacam itu. Matematika itu budaknya filsafat dr dulu.
Teks filsafat jangan dibaca seperti membaca buku tafsir mimpi. Apalagi teks Badiou, Lacan dsb banyak tipu jahanamnya juga (gaya)
Istilah filsafat tdk dibutuhkan krn matematika sudah jawab itukan omong kosong badiou yg tdk perlu ditanggapi.
Mmg tdk ada metode mbaca jitu tapi tiap ide ada sejarahnya. Nggak sembarang. Bayangkan plato di posisikan sbg posmo kan susah.
Itu sebabnya ada tradisi pemikiran, metode dsb…
Kita jg membaca teks mrk menggunakan Germo2 yg kita sadari maupun tdk sadari.
Jangan salah pengancuran di situ adl pengancuran epistemis. ada landasan ontologis, implikasi etisnya. tetap terdisiplin.
Betul tapi itu kan para filsuf besar yg kerjaannya memang urus filsafat. itu mrk lakukan dng mengandaikan kerja puluhan thn.
Plus istilah ambil sana-sini itu bkn berarti asal ambil tapi dng ltr blk metodologis ttt.
Kalau badiou semua2nya juga dia Karyanya nggak bisa dibandingkan dng Sartre/Camus. Intinya, tanpa sena-seni juga dia udah hebat.
Nggak ada urusan sastra/filsafat itu demarkasi kuno. Fakta bhw badiou novelis memble jelas. Orang prancis nggak baca karya dia.
Tapi hrs jg disadari orang nulis filsafat bkn b’arti dia filsuf = orang nulis novel blm tentu otomatis novelis/ hebat.
Dlm pengalaman kan kita liat sendiri yg ngaku filsuf kelakuannya nol, yg ngaku sastrawan kelakuan dodol.
Dlm soal hkm bagaimanapun fakta bhw hukum = politik dlm bentuk beku itu benar.
Ilmu hukum itu kecelakaan kedua dari filsafat, kecelakaan pertama ekonomi.
Badiou sdh memiliki sistem sendiri utk filsafatnya, dia bisa menulis apa saja dng skema itu.
Dlm posmo tdk diakui standar, order dan kestabilan…istilah kepastian hukum istilah yg keliru.
utk tes bgmn pandangan hkm thd konflik dlm budaya? Kasus transeksual? Alira
n2 agama/kebudayaan? Tanpa posmo, sulit.
Hidup bkn sekadar hidup. Ada ekses bagi hidup. Kita menyebut ekses itu sbg ketakmungkinan. Di saat lain kita menyebutnya: harapan.
"Badiou dan Filsafat" oleh @robertus_robet
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment