Selamat pagi “dunia” 140 karakter. Semoga kesedihan mengepakkan sayap membawa gelap menjauhi kita pagi ini. Semoga pikiran kita terang.
Pagi sebagai awal mengingatkan saya pada daya inisiatif manusia, daya kehendak memilih dan menentukan diri meski daya-daya lain bertahan.
#Sartre: Manusia adalah ‘ada-bagi-dirinya’; manusia tidak berkembang berdasarkan desain; ia membuat dirinya sendiri.
#Sartre: Manusia beda dengan benda yang ‘ada-pada-dirinya’. Manusia adalah penentu dirinya sendiri; nothingness (tak memiliki sifat benda)
#Sartre: Manusia memiliki kesadaran. Kesadaran tentang keberadaannya sendiri dan keberadaan yang lain. Kesadaran diri adalah khas manusia.
Manusia tak dapat dipahami dari esensinya; tanpa kodrat; tak didahului desain. Esensi baru dipahami setelah eksistensi selesai.
Apa yang dapat dipahami dari manusia adalah eksistensinya sebab ia bebas, serba kemungkinan.
Eksistensi adalah keberadaan manusia secara menyeluruh, berkembang terus, menjadi terus; bebas dan unik.
Manusia tak dapat diperbandingkan. Ia menentukan dirinya sendiri, bukan objek; tak dapat dibentuk; tak ditentukan oleh pihak lain.
Apa yang dapat dipahami dari manusia adalah eksistensinya sebab ia bebas, serba kemungkinan.
Eksistensi adalah keberadaan manusia secara menyeluruh, berkembang terus, menjadi terus; bebas dan unik.
Manusia tak dapat diperbandingkan. Ia menentukan dirinya sendiri, bukan objek; tak dapat dibentuk; tak ditentukan oleh pihak lain.
Manusia mewujudkan diri sendiri; menentukan peran dan tujuan hidupnya.
Manusia dikutuk untuk bebas. Kebebasan merupakan realitas manusia yang tak terbantahkan.
Kebebasan adalah potensialitas sentral dan unik yang membentuk manusia. Manusia punya pilihan; tidak deterministik.
Diri manusia adalah pilihannya sendiri; saya adalah pilihan saya.
Bagaimana menghadapi situasi adalah pilihan. Tidak memilih juga adalah pilihan manusia.
Setiap manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Masukan dari orang lain merupakan pilihan. Mengikuti nasihat, petunjuk atau perintah orang lain adalah pilihan.
Setiap orang bertanggung jawab atas pilihannya; kita yang harus menanggung konsekuensi pilihan kita.
Masa lalu ditransformasi jadi kecenderungan masa kini melalui pilihan. Kita bisa memilih terpengaruh atau tak terpengaruh masa lalu.
Apa yang ada di masa lalu seringkali tak dapat menjelaskan apa yang kita lakukan sekarang; Apa yang terjadi sekarang adalah pilihan.
Dalam hidup, manusia terlibat penuh dengan dirinya, melulu menggambar potret dirinya; citra diri ideal, cita-cita, & masa depannya.
Manusia mendefinisikan dirinya dan mewujudkan definisi itu dengan tindakan-tindakannya.
Setiap tindakan seseorang berkontribusi terhadap pendefinisian dirinya.
Tindakan adalah hasil pembuatan keputusan untuk memilih. Kemungkinan terus berubah ada pada manusia sesuai keputusan yg diambilnya.
Manusia memiliki daya/kekuatan untuk mentransformasi dirinya secara tak terbatas. Kekuatan itu memungkinkannya menjadi apa saja.
Realitas manusia dapat dikenali dan didefinisikan dari apa yg ingin dicapainya, bukan dari sebab-sebab yg mendahuluinya di masa lalu.
Masa depan yang dibayangkan dan tujuan yang ingin dicapai menggerakkan dan membentuk manusia.
Kehendak manusia menentukan dirinya sendiri.
Subjektivisme berarti kebebasan subjek individu. Manusia tidak dapat melampaui subjektivitasnya.
#Sartre: Manusia tak bisa dilepaskan dari subjektivitasnya. Satu-satunya yang objektif dari manusia adalah subjektivitasnya.
Manusia ada di dunia, beraktivitas, bekerja, dan mati di sana.
Manusia dilingkupi situasi dan keadaan, menghayati dunianya secara subjektif.
Manusia tak berarti apa-apa jika tidak hidup di dunia.
Manusia terlempar ke dunia dan hidup di sana, bertanggung jawab terhadap dirinya.
Manusia tercecer, sendirian tanpa bantuan di dunia, hidup di sana menentukan diri sendiri, bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Kesadaran tentang kebebasannya merupakan penderitaan bagi manusia.
Kesadaran manusia membuatnya tidak percaya pada diri dan reaksinya terhadap situasi: kebimbangan.
Manusia harus menentukan pilihan yang ia sadari akan berefek bagi dirinya dan orang lain.
Dalam memilih dirinya, orang memilih untuk umat manusia.
#Sartre: Orang lain yang juga bebas merupakan pembatas kebebasanku; awal kejatuhan dari eksistensiku.
#Sarte: Dengan kesadaran yang tertuju pada yang lain, manusia saling mengobjekan. “Neraka adalah orang lain.”
#Sartre: Hidup bersama orang lain selalu menghasilkan persengketaan. Hubungan intersubjektif tidak mungkin. BT: Saya tak setuju yang ini.
Nasib buruk (bad faith) adalah merasa bersalah/menyesal bahwa diri sendiri bukan makhluk yang bebas dan tak berdaya sebagai objek.
Nasib buruk juga berarti penghayatan seseorang yang memandang nasibnya sebagai sesuatu yang tak dapat ia kontrol sendiri.
Dalam derajat tertentu, manusia selalu sadar & insyaf akan pilihan-pilihannya; apa yg dipilih &tidak dipilih jadi objek kesadarannya.
“Saya tidak dapat menggunakan alasan ‘tidak-sadar’ atas apa yang saya perbuat.”
Menerima adanya pengaruh ketidaksadaran adalah pilihan.
Bernafsu atau tidak terhadap sesuatu merupakan pilihan. Manusia dapat memilih tidak mengikuti nafsu.
Jadi, nafsu bukan alasan untuk melakukan sesuatu sebab itu dapat dihindari. Setiap tindakan adalah hasil pilihan.
Pemahaman tentang manusia adalah dasar bagi pemahaman yang lain.
Sekian tentang #Sartre. Semoga pilihan-pilihan pagi ini, siang, sore dan malam nanti membentuk diri yang sesuai dengan cita-cita kita. Salam.
#Sartre oleh @bagustakwin | dikirim oleh @rayapan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment