Menjelang pagi baca bukunya simon philpott, “meruntuhkan indonesia”. Kajian menarik, menggunakan perpektif foucault n said. Philpott menunjuk bhw penemuan indonesia selama ini dikuasai oleh “rasionalitas pencerahan” dr para sarjana barat. Perspektif sarjana barat itu sarat dgn warisan “modernisme tinggi” sbgmn pada pemikiran comte, weber, dan marx. Dalam menelusuri arti keindonesiaan, philpott lebih memilih jalan geneologis, mengelaborasi singularitas peristiwa n proses. Philpott menepis cara pandang universal n otentik akan eksistensi (manusia) keindonesiaan krn perspektif, konsep n fakta is konstruksi sosial. Ingin melanjutkan twit pagi td jam 4, soal buku yg bagi saya layak dipelajari olh pencinta negara ini: Buku simon philpott, “meruntuhkan indonesia, politik postkolonial dan otoritarianisme”, lkis 2003. Siapa yg dah baca buku ini? Kita diskusikan. Buku ini pendekatan posmo-postrukturalis yg membagi orientalisme eropa dan amerika ttg keindonesiaan. Tepatnya, keindonesiaan ditelaah dari perspektif foucaultian, derridian, deleuzian, jelas termasuk edward said ttg orientalisme. Tapi karena ntar lagi saya punya kerjaan, mk saya hanya memberikan sdkt twit untuk dilanjutin lagi…selesai kerjaan tentuya. Edward said menggemparkan dgn bukunya orientalisme dgn mengikuti filsafat michel foucault ttg knowledge n power. Orientalisme bagi said muncul dari cara berpikir barat atas warisan filsafat yunani kuno yg memarjinalkan apa yg kita sebut “the other”. Knowledge n power tak terlepas dari pola subjektivasi n objektivasi manusia, menjadi identitas diri sekaligus identitas sosial or kultur. Pemahaman diri maupun identitas kultur tak pernah muncul krn pemberian alam ataupun sang khalik, itu muncul krn diskursus, pembahasaan. Indonesia sbg nama selalu mengaitkan nama George Earl, yg memberi nama dr bhs latin “indus” dan yunani “nesos” (pulau), jd “indu-nesian”. Thn 1837. Philpott: penamaan indonesia is pengidentifikasian karakternya, batas2 spasial n memutuskan siapakah yg dimasukkan sbg org indonesia? *** Nah kan, ntar nyetir nih gak bisa ngetwit. Nyicil deh. Jangan kuciwa yah. *** Perspektif foucaultian ttg geneologi keindonesiaan yg dielaborasi philpott membongkar tradisi epistemologi heroik barat sbg orientalisme. Bagaimanakah perspektif foucaultian itu? Sejarah dibangun oleh formasi diskursus atau wacana2 yg secara sosiologis membangun pengetahuan. Wacana mengetengahkan manusia muncul sbg subjek yg tetap bagian dr sosial. Foucault menyebut manusia baru muncul dlm wacana keilmuan positif. Tegasnya manusia adalah penemuan biologi, ekonomi, dan lingguistik. Jadi, identitas manusia se-mata2 konstruksi wacana keilmuan tsbt. Perspektif foucaultian ini berbeda sekali dgn warisan epistemologi modernisme yg menganggap diri manusia itu sdh utuh secr alamiah. Apa maksudnya? Filsafat manusia-politik modernisme mengandaikan manusia punya nature, hobbes nature manusia is jahat, rousseau: baik. Kemaren sbgmn kultwit ttg hegel, manusia diliat sbg aku-kesadaran n bukan, itu juga mengandaikan adanya nature pd manusia. Foucaultian jg bereaksi atas humanisme eksistensialisme. Ketika wacana mengemuka barulah manusia secara kongkrit muncul. Manusia sbg bentukan sosial bukti nyatanya is ketika aku berbahasa. Foucault mengatakan, “saya berbahasa karena itu saya tak ada” Mengapa? Bahasa is milik sosial di mana individu muncul krn dibentuk olh bahasa. *** Waah nyicil lagi nih, siap2 nyetir ke TIM hadiri launching novelnya happy salma. Sori yah myprens. Nyampe rumah setelah nonton pertunjukan teater dlm peluncuran novel happy salma n pidi baiq di teater kecil TIM. Menghibur! Pengen nerusin keindonesiaan dlm telaah foucaultian dr buku meruntuhkan indonesia, simon philpott. *** 4 Agustus Foucault yakin bhw knowledge diproduksi bahasa dan kekuasaan yang memiliki karakter dlm setiap jaman. Hubungan tiap jaman ditandai keretakan. Sejarah tidak berjalan dr sesuatu yg ajeg, sebagaimana konsepsi sejarah menurut hegel, masa lalu, kini, n yg akan datang wujud dr roh. Dalam kasus munculnya epistemologi (teori pengetahuan) dan ilmu pengetahuan, foucault yakin hal itu tdk memiliki wilayah kedudukan tertentu. Indonesia adalah sebuah sejarah diskursus orientalisme barat (eropa) ttg superioritas atas “yang lain”. Epistemologi rasional yg mewacanakan keindonesiaan secara objektif n positivistik sbgmn hdir dlm keilmuan barat layak didekonstruksi. Epistemologi positivistik dan realis yg selama ini digunakan oleh ilmuan barat bagi philpott sesungguhnya tdk koheren n logis. Di satu pihak epistemologi itu hanya bisa ditarik dr pengalaman agar objektif namun asumsi dasarnya sesungguhnya sesuatu yg “given”. Artinya pengetahuan positivistik n realis menabrak objektivisme dengan asumsi metafisik ttg sesuatu yg menetap yg justru ingin mrk buang. Jadi, sarjana barat yg orientalis menyimpulkan indonesia dgn asumsi2 dasar yg menetap-ajeg sbgmn epistemologi mrk. Kenyataannya, setiap pengetahuan itu brbeda satu dgn lainnya krn hukum sejarah tdk berjalan universal shg sama semuanya. Karena itulah perlu pendekatan dekonstruktif utk menghindari stigmatisasi barat thp keindonesiaan. Sejarah indonesia perlu didekati dr pandangan spesifik, dr dalam dirinya sendiri di luar asumsi ajeg atw unversal para orientalisme. Setiap masa dlm sejarah mewartakan diskursusnya masing2. Tdk ada sejarah universal yg memiliki spirit yg satu n berlaku utk semua. Sekali lagi kalau kita menelusuri sejarah keindonesiaan is dr wacana2 kesejarahan yg ada di dalam dirinya, bkn dr asumsi universalisme. Karena sejarah is konstruksi manusia-sosial maka di sanalah letaknya setiap jaman itu memiliki knowledgenya sendiri. Menurut foucault, dalam sejarah terdapat “ruang kosong” drmana sesuatu kemudian muncul dari sana, dr mana knowledge yg baru itu lahir. Bagi foucault, “ruang kosong” mengandaikan sebuah wilayah epistemologis tak pernah ditentukan sebelumnya atau terbiarkan “kosong” utk diisi. Dari “ruang kosong” muncullah formasi diskursus, berbagai wacana dr berbagai unsur berhadapan atw berelasi yg lalu menjadi relasi-kuasa. Sejarah geneologi muncul dari relasi kuasa yang bukan akumulatif tp sbg penaklukkan dari formasi wacana yang muncul dr ruang kosong. Pemahaman sejarah ini bisa kita pelajari dari linguistik. Contoh, terbentuknya bahasa terbagi dua: diakroni dan sinkroni. Diakroni mengandaikan bahasa muncul secara alamiah, bagi plato bersifat anomatopea, meniru bunyi benda2, contoh: cecak dr bunyi ck ck ck..! Pandangan bahasa seperti ini dengan sendirinya sangat patuh terhadapan hukum alam n hukum asal-usul kata (etimologi), patuh pd awal sejarah. Patuh atas hakekat atau dasar dari sesuatu (nature) n dari sesuatu itulah masa sekarang dan masa depan bisa ada. Jd, ada rangkaian historik! Sementara sejarah bahasa sinkroni is menganggap bahasa muncul karena perjanjian sosial yg bersifat “manasuka” (arbitrar). Kata “kuda” sebenarnya tdk ada hubungan dengan benda (kudanya) krn kata itu muncul krn ada yg mengucapkannya n masyarakat mensahkannya. Kalo suatu waktu masyarakat bersepakat kata “kuda” itu diganti, mk pergantian itu sangat mungkin terjadi, ganti dgn kata “anjing”. Bahasa sinkroni inilah yang berpandangan bahwa setiap jaman memiliki bahasanya sendiri. Tak bisa diperbandingkan. Foucault berpihak pd bahasa sinkroni yg dia terapkan dlm melihat perbedaan wacana dalam setiap jaman. Analisa perbedaan wacana dlm suatu jaman is dekonstruksi atas sejarah universal sbgmn pandangan orientalisme, bagi philpott. Philpott merujuk pd anggapan edward said bhw diskursus orientalisme tdk hny menghasilkan timur (yg cacat),…. Tapi jg membentuk budaya dan identitas eropa atau barat sbg superior daripd yang lain. Anggapan orientalisme inilah yg layak didekonstruksi. Penaklukkan wacana dalam formasi diskursus sbgmn yg dilihat foucault dlm epistemologi yg dikuasai oleh ilmu2 positif… Bisa dikenakan
pada wacana yg dikembangkan oleh kolonial ttg warna kulit, bentuk tubuh, dll pd org jawa. Perbedaan antara belanda n jawa menemukan bentuknya di dalam hukum, diskursus aktivitas misionaris, n dlm fotografi. Belanda mengesankan bahwa mereka datang untuk menyelamatkan rakyat jawa dari raja2 yang lalim. Kolonial menentukan siapa manusia n yg bkn. *** Sori, mau nyetir nih, untuk bbrp lama gak twit. Terusin lagi dah kultwit ttg foucault n keindonesiaan dr philpott. *** Keindonesiaan didekati dr sejarah (geneologi) yg mengelak dari sejarah asal-usul (metafisika) dgn mengemukakan formasi diskursus. Pendekatan foucaultian philpott sbgmn sdh pernah disinggung mendasari kajian orientalisme yg dikemukakan oleh edward said. Philpott menunjuk pd orientalisme said sbg langkah memahami indonesia, ktk otoritas atw gengsi epistemologi eropa di asia tenggara mundur. Pasca perang dunia ke-2, terbangunlah negara2 postkolonial nmn muncul orientalisme baru US yg menampakkan otoritasnya dr sisi administrasi. Selain mengekspansi scr administratif dlm berbagai hal termasuk kemiliteran, kekuatan US sbnrnya pd diskursus ilmu2 sosial-politik. Issue peralihan orde-lama ke orde-baru adanya campurtangan USA, bukannya muncul begitu saja tanpa kekuatan epistemologi orientalisme USA. Keindonesiaan tak terlepas dari diskursus ilmu pengetahuan dr sarjana2 USA yang dgn sarjana negara asing lainnya disebut indonesianist. Akhir perang dunia ke-2 n dimulainya perang dingin, amerika menjadi pusat kekuasaan akademik n mulailah diskursus ttg “dunia ketiga”. Ironisnya kita (indonesia) tak melihat kekuatan diskursus ilmu sosial-politik yg justru dgn ilmu inilah USA menguasai sbgn besar wilayah asia. Indonesia menjadi sebuah objek pantauan yg seksi drmana kameranya diarahkan dari cornell university, george kahin sbg sutradaranya. Intermezo: pendidikan kita diskriminatif; ipa dianggap anak2 pinter, ips dianggap anak2 kurang pinter. Intermezo: sementara keindonesiaan kita dikuasai oleh orientalisme lwt ilmu2 sosial AS. Cukuplah indonesia diindonesiakan oleh sarjana2 ilmu sosial AS: kahin, feith, crouch, robison, ben anderson, dan liddle. Untuk meruntuhkan indonesia, bagi AS, cukuplah dgn diskursus 6 sarjana ilmu sosial mereka itu krn merekalah yg memberi kejiwaan indonesia. Intermezo lagi: untung saya dulu berinisiatif gak mau dalamin matematik, akhirnya dr ipa loncat ke ips, he he, kalo gak kan bego! Pembahasan orientalisme ini bisa mencong ke soal pendidikan nih, jadi lbh menarik kayaknya.
"Simon Philpott" oleh @tommyfawuy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment