Tak buka twitter rasanya ada yg menutupi pikiran ini dan ketika membukanya pikiran pun dibuat hingar-bingar olh berbagai macam twit.
Tak buka twtr rasanya ada yang menutupi pikiran ini ktk buka pikiran diserbu bbagai macam pikiran: opini, imajinasi, gagasan, riil n ilusif.
Tak buka twtr rasanya ada yg tutupi pikiran ini n ktk buka eh ada yg berusaha me-nutup2i pikiran dgn twit yg marah, kesel, jengkel, maki2, sumpah serapah, dsb.
Tak buka twtr rasanya ada yg nutupin pikiran ini n ketika buka, banyak twit yg nyenengin, lucu,manja, romantis, imut, jaim, nasehat, menggurui, dsb.
Tak buka twtr rasanya ada yg menutupi pikiran n ktk buka, asyik kalo baca twit-twit yg dialogis, mencerahkan, memotivasi, cool.
Tak buka twit rasanya ada yg nutupin pikiran n ktk buka eh ada nama temen lama n dpt temen baru. Waktu n ruang dihirup oleh twitter.
Tak buka twtr rasanya ada yg nutupin pikiran n ktk buka bisa cuek situasi sampe anak kembarku teriak2 minta perhatian.
Tak buka twtr rasanya ada yg nutupin pikiran n ketika buka kita bisa saling bersapa “salam persaudaraan” dan “salam bagi kehidupan”.
Tak buka twtr rasanya ada yg nutupin pikiran n ktk buka…nampak begitu sempitnya kosmos n begitu luasnya pengetahuan.
Tak buka twtr rasanya ada yg nutupin pikiran n ketika buka pencerahan n kegelapan bisa bareng ada. Skrng yang #pencerahan dulu.
#pencerahan, sbh istilah yg punya peran besar dalam sejarah peradaban, popular sejak akhir abad 18 n awal 19 di eropa.
#pencerahan, sbh konsep teo-philosophy yg benihnya sbrnya sudah muncul dlm filsafat metafisika plato ttg idea yg mencerahkan dunia materi.
kalo mau ditarik ke belakang lagi itu sdh muncul dlm mitologi yunani ktk promoteus membawa obor utk menerangi dunia.
#pencerahan lalu jadi konsep se-mata2 theologis pd abad pertengahan sejak st agustinus yg mengusung filsafat idealisme plato ke kristianiti.
#pencerahan dipakai hanya bagi mereka yang percaya pada kekuasaan n kebenaran tuhan. Filsafat jadi budak (ancila) teologi.
karena filsafat jd budak teologi mk tertutuplah pencerahan oleh akal-budi, kecuali itu digunakan utk memuliakan tuhan.
kendati pd prakteknya, akal filosofis dimatikan, pencerahan teologis jd butek n gelap oleh kekuasaan gereja + monarki absolut.
jadi teologi/gereja-monarki absolut is perselingkuhan yg sangat berbahaya bagi perkembangan peradaban. Renaisanslah jawabannya.
ketika renaisans, abad pertengahan (abd ke 4-16)lalu ganti dianggap sbg “abad kegelapan”, penggelapan akal oleh teologi/gereja(katolik).
renaisans (lahir kembali: kebudayaan yunani kuno, kritis-filosofis) akal dijunjung kembali, monarki-absolut diganti dgn demokrasi.
teosentris, pemujaan pd tuhan, diganti dgn “antroposentris”, pemujaan pd potensi manusia, akal-budi, politik: kekuatan suara rakyat.
renaisans yg antroposenstris munculkan gerakan “humanisme” olh seniman, filsuf,ilmuan, dimanifesto olh pelukis jerman, albrech durer.
namun secara politis renaisans masih bergolak, kontra dr gereja msh sangat kuat, org2 protestan diburuh/dibunuh, prg sodara tjadi.
pihak istana lalu bersikap utk meredakan perang agama: katolik-protestan dgn mendirikan gereja anglikan (agama kerajaan).
perang sdara masa renaisans nyaris melumpuhkan eropa terutama inggris. Perang lawan semua (omni bellum contra omnes: th hobbes)
upaya mengatasi perang sodara-agama itu dgn politik sekularisasi: pemisahan agama dgn politik, spirit demokrasi klasik.
jadi “sekularisasi” itu bgn dr pencerahan yg meminimalisir peperangan krn dipicu oleh kebutekan teologi/gereja n monarki abslt.
sekularisasi jelas mencegah atw melepas otoritas gereja memerintah negara, mencegah “negara agama” tp bkn anti agama.
***
selamat yg nunaikan sholat jumat, temen2 yg ikut obtwit saya, mhn brsabar sejenak, saya mau mandi dulu. :)
***
di indonesia ada keunikan, sekularisasi olh (cenderung) kaum fundamentalis dianggap anti agama atau atheisme.
sekularisasi itu is jiwa demokrasi yg harus dijunjung tinggi oleh wakil rakyat n pemerintah utk berdiri di atas semua pihak.
sekularisasi di indonesia kadang dimaknai scr teologis di mana negara menentang agama. Eksekutif n legislatif pun bingung.
jika anda wakil rakyat n eksekutif n jika anda memerintah berdasarkan supremasi hukum, mk artinya anda seorang sekular.
jika anda warga yg menghendaki agar agama dan politik itu terpisah (bkn negara agama) mk berarti anda seorang sekular.
jika anda menghendaki pemerintah tidak mengatur, campur tgn, n menentukan iman anda, berarti anda seorang sekular.
jika anda memandang hak minoritas sama dgn hak mayoritas di depan hukum mk anda seorang sekular.
jadi kembali pd pencerahan sbg usaha akal keluar dr kegelapan teologis, manusia menemukan kedaulatan subjeknya, manusia dewasa.
filsuf pencerahan john locke mengarahkan manusia pd jaminan ttg natural.
thomas hobbes n jj-rousseau membangun makna pencerahan bagi manusia dgn doktrin “perjanjian sosial” (general will).
hobbes, locke, rousseau, jadi three musketeers filsafat demokrasi klasik yg sampai kini msh jadi acuan bagi demokrasi dunia.
konsep pencerahan yg paling anyar dibuat immanuel kant, sbg: otoritas akal budi, manusia akil balik, sdh dewasa: “sapere aude”!
manusia dewasa dgn kecemerlangan akalnya pasti mampu bedakan mana agama n mana politik, mana struktur n kebebasan individu.
seingat saya cak nur semasa aktif di hmi pernah mendeklarasi semangat sekular: Islam yess, politik no! Saat itu cukup heboh.
manusia pencerahan (berakal) mampu membedakan nilai2 kemanusiaan drpd kesempitan oleh penjumlahan; mayoritas-minoritas.
manusia dewasa menyerahkan persoalan di “atas meja” (dialog) drpd penyelesaian dgn senjata (kkerasan fisik).
sekali lg nyinggung soal pencerahan-demokrasi-sekularisasi, harusnya kita hati2 agar tidak ngaduk2 unsur agama di sana.
ketika agama atau suku masuk ke dalam demokrasi mk pintu penjumlahan mayoritas vs minoritas terbuka lebar lenyapkan “humanity”.
yang dikuatirkan oleh filsuf thomas hobbes, bila penguasa mulai melirik soal penjumlahan, mk perang lawan semua akan hidup lagi.
bagi jj rousseau, demokrasi justru harus mencegah munculnya penjumlahan dgn membangun “general will” (nilai kemanusiaan).
dlm konteks ini saya mau nyinggung, jk SBY n koalisi trus saja terpaku pd penjumlahan yg bikin dia serba ragu mk, keoslah!
di eropa semangat pencerahan memuncak pd pertengahan abad 19, agresivitasnya ditahan oleh gerakan romantisisme.
sebenarnya rousseau is filsuf yg sangat unik, di satu pihak sbg tokoh pencerahan, di lain pihak perang thp-nya.
bagi rousseau tak ada sebenarnya pembaruan oleh pencerahan kecuali “akal bulus” yg bisa menyengsarakan nilai kemanusiaan itself.
bangunan peradaban hanya mungkin ditata lewat “rasa” yang mengenalkan kita pd kepolosan, kejujuran, n spontanitas.
rousseau sebenarnya membangun dialektika dalam filsafatnya antara kecemerlangan akal dgn kejujuran hati.
Moralitas agama memang harusnya hanya berlaku atas orang per orang, bukan pd kebijakan publik krn tdk ada hukum positif penjaminnya
semangat kejujuran n kepolosan rousseau berhembus jadi gerakan romantisisme kemudian hari. Semangat pencarian identitas murni.
namun sekalipun terjdi kondisi dialektis antara semangat pencerahan dgn romantisisme, bgmnpun mrk ttp sama2 bersikap sekuler.
jadi, dalam konteks apa kita menggunakan kata “pencerahan”? Silakan, dr agama, spiritual, filsafat, seni, dll.
namun ada ketegangan yg terlihat pd wakil rakyat n pmerintah kita apabila mrk bicara ttg sekularisasi.
di satu pihak penguasa harus menerima demokrasi di lain pihak gagap dgn istilah sekularisasi, shg sepi dlm kamus politik mrk.
kegagapan or fobi atas istilah “sekular” bukankah hny krn salah interpretasi ol fundamentalisme n rezim orba dgn pancasilanya?
jk saja kita sadar dgn makna munculnya kata sekularisasi itu n menerapkannya tanpa ragu, pasti kebijakan publik akan lain.
demokrasi tanpa kebijakan sekular, pemisahan agama dgn kekuasaan politik, akan menggembosi jiwa demokrasi itu sendiri.
kalo negara ini memang bersistem demokrasi yah terus-teranglah dgn kata sekular! Agama n politik ya terpisah!
jgn balik2 pd kegamangan orba lagi, bhw pancasila bukan ini dan bukan itu. Lantas opooo? Bkn demokrasi liberal jg terpimpin..opo?
saya menemukan, gamangnya demokrasi kita karena para pemimpin tak paham benar arti demokrasi n sekularisasi itu.
***
Rest sebentar soal #pencerahan, mau berenang dulu dgn anak kembarku philo-sophy.
***
filsafat #pencerahan or apa pun itu yg muncul kemudian ttp menghormati demokrasi-sekularisasi sbg jaminan hidup bermasyarakat.
namun demikian hal itu bukannya tanpa ada goncangan, namun sekuat apa pun agama ingin msk ttp saja supremasi hukum ditegakkan.
munculnya berbagai frase demokrasi kenyataan tetap saja proses sekularisasi itu berjalan, hak pribadi beribadah dijamin.
menariknya ktk memasuki arus globalisasi, imigrasi marak, negara2 bks kolonial harus menerima pluralisasi budaya.
Prancis pertama yg bergolak dgn undang2 imigrasinya khusus atas imigran aljazair, amerika, kanada n australia dgn rasialisnya.
inggris n irlandia dgn sisa2 gejolak agamanya. Tantangan dlm demokrasi yg muncul ttp saja berupaya selamatkan sekularisasi.
di indonesia paham sekularisasi sekali lg pernah dihadapi dgn marak sekaligus sinis, apalagi orde baru memaknainya sbg ateisme.
jadi bagaimana jika kita menerima paham demokrasi tp menolak sekularisasi? Kontradiksi besar! Demokrasi jd manis di bibir.
seharusnya kita mereformasi paham2 yg dulu diharamkan orba demi memurnikan paham pancasilanya, yg jelas otoritarian.
teman2 yg ngaku dirinya demokrat tp ogah sertakan jiwa sekularisasi, maaf, anda bukanlah seorg demokrat!
***
28 Agustus
Mau lanjutin obtwit soal #pencerahan dr dasar2 filsafatnya. Kemarin sdh disinggung puncak semangatnya pencerahan is pd pertghn abd 19.
berawal dari renaisans, akal ke luar dari otoritas teologia/gereja kembali pd filsafat yunani kuno.
rene descartes, filsuf perancis dikenal sbg ikon filsafat rasionalisme pd masa renaisans, jd fondasi filsafat n ilmu peng modern.
rumus descartes yg sampai skrng sangat populer is “cogito ergo sum” (aku berpikir/ragu maka aku ada), sbg rumus rasionalisme.
descartes membuat rumusan ini berdasar pd keraguannya thp apa pun yg disebut “ada” (scr universal, termasuk “adanya tuhan”).
descartes menyuntik rasionalisme utk sbuah jaman baru yg kelak disebut jaman modern, menginspirasi newton temukan hkm grafitasi.
descartes demikian mewaspadai indra kita yg mudah menerima begitu saja sesuatu n menganggap cukup mengetahui sbts prejudis.
bg desccartes ssuatu sbenarnya sangat kompleks yg smestinya kita telusuri dulu unsur2nya baru mencoba pecahkan kompleksitasnya.
bg descartes, sdh tentu utk unsur2 yg dilihat itu lalu kita selidiki dr yang paling sederhana smp pd unsur yg paling rumit.
bagi descartes kerja utama akal is meyakinkan dirinya sendiri bhw tak ada lagi yg tersisa dari apa yang coba kita ketahui itu.
descartes dmkn yakin bahwa pengetahuan tak lain is sbh keputusan akal, mk akal harus digunakan sampai pd titik maksimal.
maksud descartes dgn memaksimalkan akal is dengan “meragukan” segala sesuatu, apa dan siapa pun tanpa pengecualian.
dgn akal kita meragukan dunia, tuhan, raja, president, dosen, kepl suku, lurah, rt-rw, leluhur, orangtua, sodara, temen, semuanya dah!
apakah masih ada yg belom diragukan akal? Genderowo, dedemit, setan, nyai rorokidul, kekasih hati, apalagi?
kalo semua diragukan oleh akal, lalu apalagi yg tinggal? Apakah kita hanya hidup dalam keraguan?Sudah tentu tidak, bg descartes.
kalo semua sdh diragukan akal, lalu msh adakah yg tertinggal? Ada satu! Satu2nya harapan agar kita tidak lagi perlu ragu2. Apa itu?
nah, satu2nya yg tdk bisa kita ragukan lg dari kerja akal, yaitu “keraguan” itu sendiri. Akalku sedang “ragu”2, tak trbantahkan!
“keraguan” yg pasti dr kerja akal yg tak bisa diragukan lagi itu, rumusnya “cogito ergo sum” (aku berpikir/ragu mk aku ada).
jadi gitulah, bagi descartes, semua yang ada karena munculnya dari keraguan yg utk suatu kepastian. Ada itu keraguan itself.
akal budi dari rumusan “cogito ergo sum” menjadi otonom, semua tergantung akal, saya percaya sesuatu itu ada krn akal, tak lain.
kalau aku ragu2 pd sebuah otoritas mk bagi saya itu ada ktk akalku simpulkan demikian. Tuhan ada krn aku ragu2 atas adanya.
akhirnya dr apa yg ada yg tadinya descartes ragukan, dia simpulkan ada: adanya tuhan dan adanya dunia benda, tp itu kerjaan akal.
polarisasi kepercayaan pd tuhan dr descartes ini terjadi; tuhannya filsafat beda dgn tuhannya teologi: Akal dan wahyu.
tapi apakah tuhannya filsuf dan tuhannya teolog itu kalaupun beda harus bertentangan?
dari descartes juga polarisasi sejarah ilmu peng tambah menajam: ilmu pasti/abstrak dan ilmu empirik.
#pencerahan oleh @tommyfawuy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment