Follow kami di: Twitter , Tumblr, Wordpress, dan Facebook

G30S oleh @gm_gm

Saya akan pilih topik ttg G30S, spt saya janjikan. Ada buku yg bagus ttg ini, telaah John Rossa, “Dalih Pembunuhan Massal PKI”.

Spt Rossa, saya berpendapat G30S bukan rekayasa yg rapi. Bukan oleh CIA, bukan Cina, bukan Suharto, bukan PKI.

Pagi itu, 1 Okt 1965, saya dengarkan berita pagi Radio Republik Indonesia. Jam 7 kira2. Ada yg tak biasa: satu pengumuman disiarkan.

Di sana dinyatakan ada rencana kudeta Dewan Jendral dan itu sdh digagalkan, dan satu dewan revolusi dibentuk. Saya bingung.

Waktu itu saya menginap di tempat Wiratmo Sukito, seorang penulis senior yg punya banyak buku. Saya sdg bersiap ke Eropa, sekolah.

Hari itu saya cuma bisa menduga, Gerakan 30 Sept itu datang dari sayap kiri politik saat itu, mendengar bhs politik yg dipakai.

Sampai sore, saya coba cari informasi. Jalan. Ada pasukan siaga. Banyak desas-desus. Waktu maghrib, mampir ke sebuah asrama.

Di asrama mahasiswa itu, ada radio. Menjelang pk 8, ada berita dan suara mayjen Suharto. Suaranya gemetar, marah yg ditahan.

Rupanya Suharto, panglima Kostrad yg tdk beken, bicara dr Lobang Buaya. Di sana ditemukan mayat para jendral tg diculik.

Suharto menyebut, seingat saya, terlibatnya Pemuda Rakyat, gerakan pemuda PKI. Waktu itu saya merasa, Indonesia di ambang perang.

Tapi di mana Bung Karno? Di pihak mana? Selamatkah dia? Saya tentu satu dr jutaan orang yg bertanya semalaman itu.

Lalu…nah, ini kurang menarik: saya berangkat ke Brugges, via Paris. Dan tak tahu apa2 yg terjadi sampai Bung Karno dilengserkan.

Informasi seret dan tak menentu. Kadang dr Arief Budiman, sahabat saya, yg terlibat aktif dlm pergolakan 1966.

Keluarga saya sama kosongnya dlm informasi politik, jadi dr mereka tak banyak yg saya ketahui. Surat via pos. Dua minggu sampai.

Berita ttg 11 Maret 1966 saya baca di London Times. Ttg pembunuhan massal saya baca sekalimat - di atas stasiun KA St Lazaire, Paris.

Walhasil, yg saya ketahui ttg G30S saya dpt dari bacaan dan percakapan, gosip, teori ngawur, dari mana saja.

Saya beruntung punya teman2 baik dr yg dekat ABRI dan mantan anggota PKI atau Lekra. Dari mereka saya dpt kesimpulan yg sama dgn Rossa.

Yg merancang G30S: Aidit dan Biro Khusus: tim rahasia yg sdh sejak dulu ada di PKI. Saya tak tahu sejauh mana pimpinan PKI lain tahu.

Dlm PKI berlaku sistem “sentralisme demokratis”. Ada Ketua yg bersama 5 anggota Politbiro (biro politik) menentukan langkah.

Teoritis, Politbiro yg dipilih Komite Sentral (CC) bertanggungjawab ke CC. Tapi prakteknya Ketua dan Politbiro yg mengatur CC.

Biro Khusus hanya melapor ke Ketua, yg kekuasaan dan wibawanya makin besar. Posisi Ketua di partai komunis manapn sangat luhur.

Maka jika G30S itu rencana sangat rahasia, sangat mungkin anggota2 CC tdk tahu. Malah ada informasi anggota Politbiro juga tak tahu.

Apalagi para anggota PKI biasa (dikatakan 3 juta): bgm mereka akan tahu rencana rahasia itu? Tapi mereka ikut dibunuhi.



Ada pertanyaan: peran Syam Kamaruzzaman dlm G30S. Saya setuju dgn John Rossa: peran tokoh Biro Khusus yg rahasia ini penting banget.

Seorang anggota CC PKI pernah bilang, Syam ini pernah di RRC. Konon belajar ttg soal2 militer. Ia punya hubungan khusus dgn Aidit.

Di kantor pusat PKI, di Kramat Raya, Syam bisa langsung ke Aidit. Orang CC agak jeri sama orang Biro Khusus.

Saya blm percaya, Syam itu “double agent” PKI-ABRI. Tapi mungkin utk dapat informasi ttg ABRI, dia bisa jual informasi ttg PKI ke ABRI.

Pertanyaan lain: mengapa Suharto yg waktu itu saya anggap belum beken yg bicara di Radio (RRI) ttg G30S malam 1 Oktober 1965 itu?

Krn Suharto Panglima Kostrad. Tapi waktu itu dia jarang sekali masuk koran. Mungkin krn keadaan pers dan politik tahun 1960-an.

Benarkah ada pembunuhan massal spt yg ditulis John Rossa? Saya di Eropa waktu itu, tak tahu yg terjadi. Tapi Rossa tdk ngawur.

Soal Untung: menurut paper tim Univ. Cornell, waktu Untung menikah, Suharto datang. Tapi itu blm membuktikan Untung dekat dgn dia.

Banyak teori ttg G30S, kebanyakan tanpa penelitian; saya tak akan membahas itu. Saya akan bahas sedikit: mengapa Aidit begitu?

Aidit memang melakukan sesuatu yg di luar textbook revolusi Marxis-Leninis. Tapi seandainya ia berhasil, ia tak akan dianggap salah.

Saya pernah bilang, Aidit memimpin sebuah partai komunis yg meski no.3 terbesar di dunia, tak sempat punya sayap militer.

Partai Komunis Rusia, Cina, Vietnam, Korea: ada kekuatan bersenjata yg waktu revolusi: “kekuasaan lahir dari laras bedil”, kata Mao.

Yg disebut “angkatan ke-5” agaknya usaha utk persiapkan sayap militer. Tapi itu tahun 1964. Terlambat. ABRI yg juga jadi kuat, mencegah.

Kelemahan PKI lain: ia tak berada dlm posisi memimpin persatuan Nasakom, yg dlm teori disebut “Front Persatuan Nasional”.

Angkatan ke-5 itu niatnya dibentuk sbg paramiliter. Tapi dari mana senjatanya? Ada dari AURI yg simpati kpd PKI, tapi AD sangat kuasa.

Kembali ke kelemahan PKI yg tak memimpin Nasakom. Dlm teori Marxis-Leninis, pemimpin front ini seharusnya PKI. Tapi kan ada Bung Karno?

Nasakom (persatuan kekuatan nasionalis, agama, komunis) itu memang ide Bung Karno sejak tahun 1920-an. Tapi ada persoalan di sini.

Persoalannya: yg bersatu dlm “front nasional” itu partai2, atau siapa saja yg merasa dirinya “berjiwa Nasakom”, termasuk ABRI?

PKI mengatakan, “Naakom” terdiri dr partai2. PKI, seperti dlm teori Lenin, anggap kaum “revolsuioner non-partai” itu keliru.

Tapi ABRI anggap sikap itu tak akui ABRI sbg kekuatan mandiri yg juga “revolusioner”. Dan bgm Bung Karno? Ia kan di atas semua partai?

Menjelang 1965, timbul debat yg terselubung yg kalau dibaca kini agak ganjil: yg benar itu “Nasakom Bersatu” atau “Nasakom Jiwaku”?

Di sinipun PKI tak dpt memenangkan posisinya, walaupun partai ini menguasai “discourse” revolusioner yg berlaku waktu itu.

Bung Karno bersimpati kepada PKI, melindungi PKI dari ancaman ABRI. Tapi tetap saja dia bukan PKI. Ini mempersulit Aidit.

Dlm PKI sendiri — kebanyakan mereka sebenarnya bukan “internasionalis” — tumbuh perasaan akrab dan hormat kpd Bung Karno.

Pada saat yg sama posisi PKI jadi makin kurang independen, sebab makin merapat ke Bung Karno — yg juga tergantung kpd ABRI.

Bung Karno sendiri saya kira repot. Ide Nasakom adalah ide yg diperjuangkannya selama 40 tahun. Ia tak ingin PKI disingkirkan.

Tapi ia tak begitu akrab dgn Aidit, Ia cinta kpd orang kedua PKI, Njoto, yg juga cinta kpdnya. Juga bgm Bung Karno hrs mengabaikan ABRI?

Di masa Demokrasi Terpimpin, dan jaman Konfrontasi thd Malaysia, ABRI jadi kuat sekali, politis + ekonomis. Dan pimpinannya anti-PKI.

“Perang dingin” antara PKI vs ABRI menguasai medan politik tahun 1960-an. Suasana kekerasan sdh terasa di mana-mana.

Aidit tahu, jika tak ada Bung Karno, ABRI akan menghajar habis PKI - dan PKI tak punya bedil. Satu-satnya cara: cari dukungan di ABRI.

Tak ada jalan lain. Bung Karno tak akan hidup selamanya. Maka Aidit sangat mengandalkan Syam, yg mengaku punya kawan2 di dlm ABRI.

Rencana G30S bukanlah membentuk pemerintahan komunis. Tapi membuka jalan bagi pemerintahan Nasakom yg dikehendaki PKI.

Tapi Aidit gagal. Perencanaan G30S payah. Syam dkk tak pernah memimpin operasi militer. Tentara mereka menyerah tanpa pertempuran.

Pasukan yg menduduki bbrp tempat penting, tak disiapkan logistik, makanan misalnya. Saya pernah dengar ceerita ttg itu.

Sampai siang, pasukan yg menduduki Lapangan Banteng tak dpt makan. Mereka dgn mudah diajak ikut ke kantor Kostrad. Dilucuti. Habis.

Waktu itu sebenarnya belum jelas benar, pasukan mana memihak siapa. Tegang. Bisa saja Jkt jadi ajang perang.

Yg juga gagal ialah pengerahan massa PKI serentak utk mendukung “dewan revolusi”. Terlambat. Keadaan berbalik cepat.

PKI terlambat mengerahkan massanya, mungkin krn menunggu bgm sikap Bung Karno. Suharto bergerak tanpa menunggu siapa-siapa.

Ada satu analisa seorang kiri Eropa: PKI menghadapi ABRI sendrian krn ia ikut melemahkan kondisi demokratik selama Demokrasi Terpimpin.

Bagi saya, pelajaran dari sejarah ini adalah: jangan perlemah lembaga dan kondisi demokrasi jika kita tak mau hak-hak kita dilindas.



Pengumuman dosen: sekian dulu. Perlu jeda. Terutama bagi yg pilek. Nah, sampai ketemu nanti. Waktu akan diumumkan. Tksh.

No comments:

Post a Comment