Sebelum muncul bahasa semuanya diam dan gelap. Ketika bahasa muncul geliat dan kaos menjadi problem hidup keseharian manusia.
Gelap-terang,baik-buruk,laki-perempuan,benar-salah, tergantung pada bahasa, menjadi lbh sempit lagi pd lingguistik.
Perspektif,kategori,ekspresi,perjanjian,konsep, dll merupakan problem mental yg dikendalikan bahasa.
Diri manusia pun tak luput sebagai teks, sistem pembahasaan yg sudah dikonstrak sebelum dia jadi dalam rahim.
Kalo mau cari penjelasan tentang dunia kehidupan keseharian,jangan cari pada benda2 maupun peristiwa2,carilah pd bahasa.
Bahasa tidak sekedar sbg alat komunikasi tp sekali lagi sbg proses mental yg menunjukkan seseorang punya pikiran,emosi,jenius,idiot,dll.
Pikiran dan emosi kita ditentukan seberapa jumlah kosa-kata dan proposisi yg kita kuasai. Bahasa kacau pikiran n emosi jg kacau.
Ruanglingkup bahasa: hubungan bah - pikiran, bah - emosi, bah - benda2, bah - masyarakat. Masing2 punya teorinya tuh.
Hubungan Bahasa - benda diselidik pertama x ol Plato, dlm karyanya Cratylus, buku filsafat bahasa pertama dlm sejarah peradaban.
Hub bahasa - pikiran diselidik pertama x ol aristoteles dlm buku Organon/Interpretation..ttg munculnya Logika.
Hubungan bahasa - emosi diselidik pertama x ol Locke,muncul kemudian pd husserl n heidegger ttg ekspresi/makna/aidos.
Hubungan bahasa - masyarakat diselidik pertama x ol Saussure ttg terbentuknya kata sbg konvensi masyarakat/arbitrar.
Saya akan teruskan twit soal bahasa. Main dulu dgn anakku si kembar philo-sophy :)
Berbahasa menunjukkan “cara berada” manusia scr positif yg bisa dianggap sbg cara membentuk dan sekaligus sbg produk kebudayaan.
Bahasa dilihat sbg problem mental sudah dgn sendirinya menunjuk pd kebudayaan. Manusia membangun kebudayaan dgn apa? Bahasa!
Sekali lagi, bahasa jgn hanya dilihat alat komunikasi, bahasa inheren dgn pikiran,emosi,tindakan(mentalitas) yg membangun realitas.
Saya tdk setujuh pd pendapat:aagh itu kan baru wacana. Baru? Sesungguhnya wacana sdh mrpkn realita yg memiliki kekuatan trsendiri.
Bahasa-pikiran dan bahasa emosi/ekspresi is 2 wlayah yg bersebrangan, batas ilmiah/logis/objektif dgn wilayah subjektif.
Bahasa-pikiran bergantung pd sintaksis,rangkaian subjek-predikat yg rigid, bahasa emosi melepaskan sintaksis,intersubjektif.
Bahasa-pikiran bergantung pd referensi baku: kamu itu is anjing (penghinaan) bahasa ekspresi (justru itu ungkapan akrab)
Bahasa-benda2 dengan bahasa-masyarakat is 2 wilayah yg bersebrangan. Pertama:kata kuda krn ada referensi binatang, kedua:krn kesepakatan.
Bahasa - pikiran tak cocok digunakan sbg bahasa puitik krn kering ekspresi. Tak bisa pula menentukan kualitas puisi dgn bah-pikiran.
Prosa bisa imbang sbg bah - pikiran,deskriptif-logic dgn bah - ekspresi, tp sbg karya sastra tetap makna prosa trletak pd ekspresi.
Baik prosa maupun puisi bisa saja berangkat dr benda2 tp bukan utk kembali pd benda2 itu krn maknanya justru jauh dr benda2 (metafor).
Kriteria bahasa ilmiah bergantung pd relasi akrab benda2 dgn deskripsi-logik sbg proposisi (peristiwa/case dlm teori wittgenstein)
No comments:
Post a Comment