Follow kami di: Twitter , Tumblr, Wordpress, dan Facebook

"Permasalahan Film Nasional" oleh @jokoanwar

1. Mo share permasalahan pelem nasional kita tercinta.



2. Pemasukan dari tiket dipotong pajak tontonan (besarnya beda2 tiap daerah. Ada yg 30% kalo nggak salah).



3. Bagian buat produser yg 50% itu masih dipotong ‘Pajak Royalti’ 10%. Di akhir tahun kalo untung kena pph.



4. Dan, krn di sini gak ada distributor film lokal, artinya produser harus masarin filmnya sendiri, biaya promo juga ditanggung produser.



5. Jadi paling, 1 penonton, duit yg masuk ke produser hanya Rp. 6000.



6. Jadi kalau modal bikin film 6 Milyar, harus dapet 1 juta penonton baru balik modal.



7. Sementara itu, penonton film nggak banyak. Dan dari beberapa tahun lalu penonton film lokal semakin turun.



8. Kenapa penonton film lokal turun? Ya salah satunya pada kapok krn di bioskop lokal banyak film sampah.



9. Kenapa banyak film sampah di bioskop? Pertama krn gak ada sistem distributor. Tinggal syut tetek, tambah genderuwo, tayangin di bioskop.



10. Kedua, SDM filmmaker yg berbakat kurang, Bo. Krn sekolah film cuman 1. (Oke 2 deh).



11. Kalo pemerintah mau memajukan film lokal, ya bikin solusi atas permasalahan yg ada, duoong..



12. Kenapa gue harus ‘hore!’ gak ada film impor di bioskop? Kalo bioskop tutup gue mau tayangin film di mana? Di Monas?



13. Tapi jangan salah. Film nggak harus ‘mendidik’, punya ‘pesan moral’. Menghibur doang juga so what asal bikinnya bener.



14. Hollywood jago bikin film yg cuman menghibur. Tapi bikinnya bener. ‘Scream’ film horor dan banyak tetek. Tapi bikinnya bener.



15. Dengan adanya film yg ‘komersil’, film yg lebih nyeni juga bisa hidup krn ada subsidi silang. Akhirnya penonton punya pilihan.



16. Jadi jgn buru2 ngejek Hollywood. Mereka jagonya bikin industri film yg sustainable. Adongdong..



17. Filmnya Peter Jackson di awal-awal, ttg zombie. Dikasih dana sama pemerintah New Zealand. Krn mereka dukung filmmaker berbakat.



19. Di sini jangankan kasih dana, bawa film sendiri untuk diputer ke festival dunia bawa nama bangsa aja ribet.



20. Dan mana ada pemerintah me-recognize filmmaker berbakat di sini, kecuali elo bikin film yg sarat ‘pesan moral’ adongdong.



21. Masyarakat pikirannya sempit? Ya salah satunya krn film-film kita gak membuka pikiran. Malah bikin tambah sempit.



22. Produser film lokal yg punya niat baik bikin film bener jg kapok bikin film lg. Udahlah pajaknya tinggi, SDM kurang, penontonnya dikit.



23. Ya gitu deh. Gue mau yoga dulu biar jago kayang.

No comments:

Post a Comment