selamat malam tweeps, sudah siap untuk kultwit malam ini? malam ini kita akan bahas tentang laju pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan
hastag kita malam ini adalah #gini , mari kita mulai
Salah satu isu yg sering diangkat pemerintah akhir-akhir ini adlh mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat secara moderat #gini
pidato presiden di sidang paripurna yg mengutip datra BPS mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6,3% #gini
sementara income percapita dari tahun 2005 sampai 2010 meningkat hampir mencapai 100% #gini
dan pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi diatas 7% yang rencananya akan dicapai pada masa akhir jabatannya #gini
jika dilihat dari angka2 statistik tsb, sepertinya ekonomi kita mengkilap sekali ya, padahal di lapangan tdk tercermin kondisi spt itu #gini
secara kasat mata saja kita masih banyak melihat permasalahan ekonomi yang terjadi disekitar kita #gini
kemiskinan, pengangguran, gizi buruk dll. Bahkan beberapa hari lalu saya baca berita tentang gelandangan yg mati kelaparan #gini
lalu apakah angka2 statistik tersebut “berdusta” kepada kita? jawabannya tidak, ekonomi kita memang lagi tumbuh #gini
hanya saja pertumbuhan kita itu tidak diiringi dengan pemerataan, dan pemerintah seperti selalu menutup mata thd kenyataan tsb #gini
pemerintah dlm melaporkan kondisi ekonomi selalu menggunakan angka pertumbuhan ekonomi, pdhl kita tdk tau ekonomi siapa yg sdg tumbuh #gini
bisa saja pertumbuhan ekonomi tsb hny dinikmati sebagian kcil org Indonesia saja, yg kaya bertumbuh makin kaya, yg miskin begitu2 saja #gini
bukan rahasia lagi kalau permasalahan ekonomi kita adalah adanya kesenjangan (disparitas), ini masalah klasik bagi negara berkembang #gini
nah, salah satu cara untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan tersebut adalah dgn menggunakan koefisien gini (Gini Coefficient) #gini
koefisien gini dikembangkan oleh ahli statistik italia yg bernama corrado gini pd tahun 1912 lewat bukunya Variabilità e mutabilità #gini
Koefisien gini merupakan perhitungan statistik untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan dan kemakmuran masyarakat #gini
koefisien gini mggunakan rasio 1-0, semakin mndekati 0 berarti ekonominya semkn merata, sebaliknya jika semakin mendekati 1 makin tdk merata
sebagai gambaran, diseluruh dunia koefisien gini bervariasi dari 0,25 (Denmark) hingga 0,70 (Namibia) #gini
sekarang mari kita gunakan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diperoleh dari badan Pusat Statistik (BPS) #gini
data pertumbuhan ekonomi kita 1965-1970 2,7% koef gini 0,35, 1971-1980 pert 6% koef gini 0,4, 1981-1990 pert 5,4% koef gini 0,3 #gini
dan data terakhir yg saya tau, pertumuhan eko >6% sementara koef gini masih 0,3 #gini
kesimpulannya, dari jaman orla, orba, reformasi dan pemerintahan SBY ekonomi kita tumbuh, tapi tidak prnah terjadi pemerataan #gini
Juga dapat diartikan bahwa pembangunan ekonomi yang semakin baik baru hanya dinikmati oleh kalangan menengah keatas #gini
smkn besarnya kesenjangan distribusi pndptan tersebut mengindikasikan kegagalan kebijakan pemerataan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemrntah
jadi kalau pemerintah masih membangga2kan angka pertumbuhan ekonomi, sebenarnya sama dengan membodoh2i kita #gini
karena hal tsb baru melihat dari satu sisi saja, dari sisi pertumbuhan saja, dan inilah yg jadi kebiasaan selama ini #gini
kita perlu sebuah desain besar pembangunan ekonomi yang tidak hanya mengejar pertumbuhan semata, melainkan juga pemerataan dan distribusinya
saya pernah baca di majalah the economist (siapa ekonomnya lupa) no sustainable growth without distribution’ #gini
ika disparitas ekonomi sudah kecil RT @reisharannaya: @OkkiTrinanda Bang, jd bntuk konkrit teknis pendistribusian ekonomi biar merata itu
caranya bs bermacam2, salah satu contoh: bangun pusat perekonomian yg menyebar, spt China ketika membuat SEZ’s di 10 titik wilayah negarany
pembangunan kita selama ini masih fokus ke pulau Jawa terutama Jakarta, disana pusat dari semua pusat
semakin jauh dari pusat semakin tidak dapat apa2, contoh: Irian dari jaman sebelum merdeka sampai sekarang gak berubah2
contoh lg amerika, ibukota: washington, pusat bisnis: new york, pusat entertainment : california, pusat judi: nevada
itu kalau bicara makro kalau mikro bisa tambah rumit lagi, kita bisa bicara tentang lapangan pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan lain2
kalau saya sih, klo bisa Indonesia dibuat pusat2 ekonomi yang disebar di beberapa titik di Indonesia
ekonomi dihidupkan sesuai dengan karakter wilayahnya, diberi kemudahan2 investasi dan insentif bagi pelaku ekonomi
No comments:
Post a Comment